Menuju konten utama

Sejarah Berdirinya PGRI, Tujuan, Visi-Misi, & Hari Guru Nasional

Sejarah singkat berdirinya PGRI, tujuan pendirian PGRI dan visi misi dari PGRI.

Sejarah Berdirinya PGRI, Tujuan, Visi-Misi, & Hari Guru Nasional
Siswa SD Negeri Joglo Solo mengikuti acara sungkem kepada guru untuk memperingati Hari Guru Nasional di halaman sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Senin (25/11/2019). ANTARA FOTO/Maulana Surya/foc.

tirto.id - PGRI atau singkatan dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) merupakan organisasi yang menaungi profesi-profesi guru di Indonesia. Sejarah berdirinya PGRI hingga kini diperingati sebagai Hari Guru Nasional (HGN).

Organisasi ini merupakan manifestasi dari perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Hindia Belanda yang berdiri pada tahun 1912 yang pada saat itu bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).

Dilansir dari laman PGRI Riau, tujuan dari organisasi ini secara umum adalah sebagai berikut:

  1. Mewujudkan cita-cita Proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mempertahankan, mengamankan, serta mengamalkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
  2. Berperan aktif mencapai tujuan nasional dalam mencerdaskan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
  3. Berperan serta mengembangkan sistem dan pelaksanaan pendidikan nasional.
  4. Mempertinggi kesadaran dan sikap guru, meningkatkan mutu dan kemampuan profesi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
  5. Menjaga, memelihara, membela, serta meningkatkan harkat dan martabat guru melalui peningkatan kesejahteraan anggota serta kesetiakawanan organisasi.
Sedangkan visi dari PGRI adalah terwujudnya organisasi mandiri dan dinamis yang dicintai anggotanya, disegani mitra, dan diakui perannya oleh masyarakat.

PGRI didirikan untuk mempertahankan kemerdekaan, mengisi kemerdekaan dengan program utama di bidang pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memperjuangkan kesejahteraan bagi para guru.

Kemudian misi dari PGRI sendiri tertuang dalam beberapa poin di bawah ini:

  • Mewujudkan Cita-cita Proklamasi

    PGRI bersama komponen bangsa yang lain berjuang, yaitu berusaha secara konsisten mempertahankan dan mengisi kemerdekaan sesuai amanat Undang-undang Dasar 1945.

  • Menyukseskan Pembangunan Nasional

    PGRI bersama komponen bangsa melaksanakan pembangunan bangsa khususnya di bidang pendidikan.

  • Memajukan Pendidikan Nasional

    PGRI selalu berusaha melaksanakan sistem pendidikan nasional, berusaha selalu memberikan masukan-masukan tentang pembangunan pendidikan kepada Departemen Pendidikan Nasional.

  • Meningkatkan Profesionalitas Guru

    PGRI berusaha dengan sungguh-sungguh agar guru menjadi profesional sehingga pembangunan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat direalisasikan.

  • Meningkatkan Kesejahteraan Guru

    Agar guru dapat profesional, maka guru harus mendapatkan imbal jasa yang baik, ada perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sehingga ada rasa aman, ada pembinaan karier yang jelas. Guru harus sejahtera, profesional, dan terlindungi.

Sejarah Berdirinya PGRI

Organisasi ini berdiri pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).

Pada mulanya, organisasi ini bersifat unitaristik dengan beberapa anggota yang terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, hingga pemilik sekolah.

Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda, mereka umumnya bertugas di sekolah desa dan sekolah rakyat angka dua.

Selama perjalanannya, PGHB berupaya memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial, dan latar belakang pendidikan yang berbeda.

Di luar organisasi PGHB, telah berkembang organisasi- organisasi guru baru seperti Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), dan Hogere Kweekschool Bond (HKSB).

Di samping itu, ada juga organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke Onderwijs Vereniging (COV), Katholieke Onderwijs Bond (KOB), Vereniging Van Mulo Leerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.

Kesadaran dan semangat perjuangan kebangsaan telah membuat para guru pribumi bersatu untuk memperjuangkan persamaan hak dan posisinya terhadap pihak Belanda.

Perjuangan tersebut telah menghasilkan posisi kepala Hollandsch-Inlandsche School (HIS) yang semula ditempati oleh kaum Belanda, perlahan dapat diisi oleh kaum pribumi.

Kesadaran dan semangat perjuangan tersebut kemudian semakin berkembang untuk merealisasikan cita-cita kemerdekaan.

Perjuangan guru yang semula bersifat memperbaiki nasib, hak dan posisinya dengan kaum Belanda, berkembang menjadi perjuangan nasional untuk kemerdekaan NKRI.

Memasuki tahun 1932, PGHB diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).

Perubahan ini mendapat respons keras dari pihak Belanda, karena penggunaan Indonesia dianggap sebagai upaya pembangkangan terhadap Kerajaan Belanda.

Namun kata tersebut justru menjadi semangat para guru untuk memperjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Ketika Jepang menduduki Indonesia, semua sekolah dan organisasi dilarang beroperasi termasuk PGI. Sehingga organisasi ini sempat dilarang melakukan aktivitasnya.

Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, diadakan Kongres Guru Indonesia yang berlangsung di Surakarta pada 24-25 November 1945.

Melalui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan.

Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada kongres tersebut, PGI resmi merubah namanya menjadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Perubahan tersebut resmi terjadi pada tanggal 25 November 1945. Sejak kongres itu pula, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah PGRI.

Baca juga artikel terkait SEJARAH PGRI atau tulisan lainnya dari Mohamad Ichsanudin Adnan

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Mohamad Ichsanudin Adnan
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Dhita Koesno