Menuju konten utama
Histori Hari Ini

Sejarah 11 Januari: Tragedi Runtuhnya Gunung Huascaran

Tanggal 11 Januari 1962 menjadi sejarah memilukan bagi warga Peru. Puncak es Gunung Huascaran runtuh dan menewaskan ribuan orang.

Sejarah 11 Januari: Tragedi Runtuhnya Gunung Huascaran
Gunung Huascaran di Peru. Foto: Martin Mejia/AP

tirto.id - Sejarah mencatat, tanggal 11 Januari 1962, hari ini 56 tahun silam, puncak salju di Gunung Huascaran runtuh. Huascaran adalah gunung tertinggi di Peru sekaligus gunung tertinggi keempat di kawasan Amerika Selatan. Tinggi Huascaran mencapai 6.768 meter di atas permukaan laut.

Huascaran termasuk dalam rangkaian dari Pegunungan Andes yang merupakan pegunungan terpanjang di dunia. Panjangnya lebih dari 7.000 kilometer yang membentang di sepanjang pesisir barat Amerika Selatan. Rangkaian pegunungan ini melalui tujuh negara: Argentina, Bolivia, Chili, Kolombia, Ekuador, Peru, hingga Venezuela.

Adrian Room dalam buku Placenames of the World (1997) mengungkapkan, nama Huascaran terinspirasi dari nama Huascar, pemimpin Kekaisaran Inca pada abad ke-16 Masehi. Beberapa tempat di lereng Pegunungan Andes memang menjadi tempat bermukim orang-orang Inca dari berbagai macam suku yang kemudian bersatu membentuk kekaisaran kala itu.

Gunung Huascaran menjadi salah satu lokasi favorit untuk pendakian. Namun, gunung yang puncaknya berselimut es dan salju ini juga termasuk gunung api yang harus diwaspadai ketika aktivitas vulkaniknya terdeteksi mengalami peningkatan.

Meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Huascaran bisa berdampak fatal karena berpotensi mencairkan dan meruntuhkan salju, bahkan dinding-dinding es, dari puncak dan lerengnya. Peristiwa seperti ini pernah terjadi pada 11 Januari 1962.

Dikutip dari History.com, hari itu terdengar suara gemuruh. Gundukan salju dalam skala besar dan balok-balok es yang beratnya diperkirakan 6 juta ton dengan tinggi 1.000 meter -seukuran dua gedung pencakar langit- runtuh, bergulung-gulung menuruni lereng menuju permukiman penduduk.

Orang-orang tidak sempat lari menyelamatkan diri ketika gulungan salju dan timbunan es datang menerpa lalu menimpa peradaban mereka. Hanya dalam waktu 7 menit, terjangan longsor itu sudah tiba dan menyapu bersih apapun yang dilewatinya.

Kota Ranrahirca menjadi korban paling parah. Walikota Alfonso Caballero menyebut jumlah warganya yang tersisa hanya 50 orang, ratusan orang lainnya tewas atau hilang. “Dalam 8 menit, Ranrahirca dihapus dari peta,” ucap Caballero, seperti dilaporkan BBC.

Selain ribuan orang yang tewas di bawah reruntuhan es, banyak mayat yang ditemukan di aliran sungai menuju Samudera Pasifik, berjarak sekitar 160 kilometer dari lokasi utama bencana. Selain itu, lebih dari 10 ribu hewan ternak musnah.

Palang Merah Peru memperkirakan jumlah korban tewas antara 2.000-2.500 orang. Namun, pemerintah daerah setempat meyakini lebih besar, hampir mencapai 4.000 orang tewas dan ratusan lainnya hilang, banyak di antaranya yang tidak ditemukan.

Baca juga artikel terkait SEJARAH HARI INI atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Iswara N Raditya