tirto.id - FIFA resmi membatalkan penyelenggaraan Piala Dunia U17 di Peru melalui rilis pada Senin (3/4/2023) kemarin. Ini menjadi kali kedua bagi FIFA sepanjang tahun ini, dalam mencabut status tuan rumah penyelenggaraan turnamen. Sebelum ini FIFA juga mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20, per Rabu (29/3/2023) pekan lalu.
“FIFA dengan menyesal telah mencabut hak tuan rumah Peru untuk FIFA U-17 World Cup 2023, setelah diskusi ekstensif antara FIFA dan Federasi Sepak Bola Peru (FPF),” tulis FIFA dalam siaran resminya.
Berbeda dengan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20, dalam kasus Peru pihak FIFA memberikan penjelasan lebih lugas terkait alasan pembatalan Piala Dunia U17. FIFA menilai Peru belum siap soal infrastruktur jelang penyelenggaraan.
Piala Dunia U17 2023 sedianya akan digelar 10 November-2 Desember 2023. Sama seperti Indonesia, Peru sejatinya juga mendapat jatah pada edisi 2021 silam, namun ditunda 2 tahun lantaran pandemi Covid 19.
“Langkah [pembatalan] itu dilakukan mengingat ketidakmampuan negara tuan rumah memenuhi komitmennya, untuk melengkapi infrastruktur yang dibutuhkan untuk menggelar turnamen,” terang FIFA.
Hal berbeda tentu terjadi saat pembatalan Piala Dunia U20 2023 di Indonesia yang sejauh ini FIFA belum memberi keterangan pasti ihwal alasan utama pembatalan. Namun, baik Piala Dunia U20 maupun U17 akan tetap digelar sesuai jadwal semula dengan menunjuk negara pengganti.
“Biro Dewan FIFA sekarang akan menunjuk tuan rumah baru pada waktunya,” imbuh FIFA.
Infrastruktur hingga Bencana: Alasan FIFA Batalkan Piala Dunia U17 Peru
Lambatnya pembangunan infrastruktur stadion untuk Piala Dunia U17 di Peru menjadi alasan utama batalnya Peru sebagai tuan rumah. Media Peru21 melaporkan bahwa sebelumnya Pengawas Keuangan negara tersebut melihat ketidakberesan dalam pengerjaan venue, terutama di Stadion di Tacna dan Piura.
Dijelaskan bahwa tender pengerjaan stadion tidak sanggup memenuhi tenggat waktu sesuai perjanjian. Mereka menyebut sejauh ini venue yang siap untuk Piala Dunia praktis hanya Stadion Nasional dan Stadion Moquegua.
Keterlambatan pembangunan juga efek tahun lalu mantan Presiden Peru, Pedro Castillo, memangkas anggaran sebesar 650 juta sol (atau setara Rp2,5 triliun) menjadi hampir setengahnya saja, dengan berbagai pertimbangan.
Tak hanya soal masalah venue, pembatalan Peru juga disebabkan karena situasi iklim. Peru belakangan tengah menghadapi bencana Topan Yaku, sehingga sebagian besar anggaran fokus untuk pemulihan.
Meski dalam posisi terhimpit, Peru sejatinya tak lantas menyerah begitu saja. Mereka sempat menyiapkan opsi penyelenggaraan hanya fokus di Ibukota Lima dan Kota Callao, karena efek bencana alam jelas tak memungkinkan mereka mengejar deadline venue. Tapi langkah itu dinilai sudah terlampau terlambat, hingga FIFA memutuskan pembatalan tuan rumah.
“Federasi Sepak Bola Peru bertemu dengan perwakilan Pemerintah, yang dilaporkan menyatakan bahwa mereka akan mengalokasikan uang yang dimaksudkan untuk Piala Dunia tersebut untuk mengatasi bencana alam yang disebabkan oleh Topan Yaku,” mengutip laporan Peru21.
Lebih lanjut akibat bencana Topan Yaku, Elpais melaporkan sekitar 61 orang meninggal, 12.200 kehilangan kehilangan tempat tinggal, dan 12.326 rumah hancur per-Maret 2023 lalu. Mantan Menteri Ekonomi Peru, Alonso Segura menaksir kerugian yang ditanggung akibat bencana mencapai 4.000 juta dolar.
Usai Peru Batal, Indonesia Bidik Tuan Rumah Piala Dunia U17?
Batalnya Peru sebagai tuan rumah Piala Dunia U17 2023 dinilai menjadi kesempatan Indonesia untuk menebus dicabutnya status sebagai tuan rumah Piala Dunia U20. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Dito Aritedjo mengaku siap mendukung kemungkinan tersebut, sembari menunggu hasil pertemuan lanjutan PSSI dengan FIFA.
Setali tiga uang, Menteri Pekerjaan Umun dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan jika Indonesia siap menjalankan tugas sebagai tuan rumah Piala Dunia U17, terutama menyangkut infrastruktur yang menjadi alasan kuat batalnya Peru.
“Menurut saya untuk perhelatan Piala Dunia U17 sangat bisa dan siap digunakan,” kata Basuki, Selasa (4/4/2023) dikutip dari Antara.
Batalnya Piala Dunia U20, dianggap tak menjadi masalah terhadap kesiapan Piala Dunia U17. Terlebih pembatalan Piala Dunia U20 kerap dikaitkan dengan penolakan sejumlah pihak terhadap keikutsertaan Timnas Israel sebagai peserta, alih-alih soal kesiapan infrastrutur.
Israel dipastikan tidak akan mengikuti Piala Dunia U17, usai gagal melaju ke putaran final Euro U17 tahun ini. Meski di sisi juga, sejauh ini FIFA belum merinci alasan detail terkait batalnya perhelatan di Indonesia, termasuk konfirmasi isu soal penolakan Israel yang kerap bergulir.
Pengamat sepak bola, Sigit Nugroho menilai peluang Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U17 masih terbuka lebar. Menurutnya kemungkinan FIFA menjatuhkan sanksi ke Indonesia juga bakal menjadi kerugian. Sehingga opsi pengganti sebagai tuan rumah U20 menjadi U17, bisa menjadi menjadi win-win solution bagi PSSI dan FIFA.
“Saya pikir untuk menjatuhkan sanksi kepada Indonesia terlalu riskan, sehingga mungkin lebih ke depan lagi apa yang sedang dibawa Pak Erick Thohir proposal untuk tuan rumah U17 sangat besar kemungkinannya. Kita setidaknya bisa satu langkah di depan dibanding Peru,” ucap Sigit, Selasa (4/4/2023) dikutip dari Antara.
Namun ia meminta semua pihak terutama Kemenpora menyukseskan agenda tersebut, jika nantinya terpilih. Sigit menilai, pemerintah sejauh ini masih kurang cakap dalam mempromosikan agenda FIFA tersebut.
“Kita lihat pemerintah Indonesia dalam hal ini Menpora dan PSSI, menurut saya kurang maksimal dalam hal promosi,” terangnya.
“Qatar setahun sebelumnya sudah ramai. Theme song Piala Dunia sudah terdengar di mana-mana. Ini Piala Dunia sudah [U20 sebelum batal] dekat, tidak ada. Saya hanya lihat spanduk di depan Menpora,” tukasnya.
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Oryza Aditama