tirto.id - Kementerian Perhubungan mencatat sebanyak 80 rute yang diterbangi maskapai penerbangan atau 20 persen dari total penerbangan domestik sebanyak 400 rute masih mencatatkan kerugian operasional.
Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Maria Kristi Endah menjelaskan 80 rute penerbangan yang merugi lantaran tingkat keterisian kursi penumpang berada di bawah 40 persen.
"Nah dari 400 rute yang kami keluarkan itu sekitar 80 rute merugi. Artinya load factor tidak sampai 40 persen," kata Maria di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Rabu (25/9/2019).
Salah satu rute penerbangan yang masih merugi itu di antaranya penerbangan perintis Manado- Miangas. Menurut Maria, saat pertama kali dibuka, frekuensi terbang mencapai 7 kali per pekan. Namun saat ini hanya sekali dalam sepekan.
"Penumpang pesawat juga isinya hanya ASN dan tentara," ujar Maria.
Maria mengakui tantangan pemerintah untuk membuka akses penerbangan ke berbagai wilayah tidaklah mudah, apalagi jika tanpa membebani keuangan negara melalui subsidi.
Namun yang pasti, pemerintah berkomitmen untuk berupaya untuk mengakomodasi kebutuhan transportasi udara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sepanjang tahun berjalan ini, industri penerbangan nasional memang sedang menghadapi tekanan bertubi-tubi. Yang terbaru, maskapai kini menghadapi persoalan isu bencana karhutla hingga harga minyak dunia yang melonjak.
Awal pekan ini, sudah ratusan penerbangan gagal terbang. Jadwal penerbangan berantakan hingga delay berjam-jam tak terhindarkan. Kepulan asap yang pekat di langit Pulau Sumatera dan Kalimantan membuat penerbangan dari dan ke dua pulau itu tidak lagi aman.
Jumlah penerbangan Lion Air Grup paling banyak dibatalkan ketimbang maskapai lainnya. Tercatat, sudah 83 penerbangan terpaksa gagal terbang dan jumlah ini masih terus meningkat selama karhutla masih terjadi. Garuda Indonesia juga bernasib sama.
Selama 15-16 September 2019, Garuda membatalkan sebanyak 16 penerbangan. Disusul Citilink yang membatalkan enam penerbangan, dan tiga penerbangan lainnya delay sampai dengan 1-3 jam.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Ringkang Gumiwang