Menuju konten utama

Scoville & Game Google Doodle Populer Hari Ini: Ukur Kepedasanmu!

Mengenal scoville, game Google Doodle yang dihadirkan hari ini

Scoville & Game Google Doodle Populer Hari Ini: Ukur Kepedasanmu!
Google Doddle Kurcaci Kebun. foto/google

tirto.id - Google mengajak masyarakat untuk tetap di rumah saja dengan menghadirkan serangkaian game atau permainan populer melalui doodlenya pada halaman utama pencarian sejak Senin (27/4/2020) hingga beberapa hari ke depan.

Game Google Doodle populer yang dihadirkan hari ini, Senin (4/5/2020) adalah game Scoville. Pada doodle di tampilan google hari ini, pengguna dihadirkan permainan cabai, paprika melawan es krim.

Untuk memainkannya, pengguna dapat mengklik tombol play untuk memulai. Selanjutnya, google akan menampilkan seorang lelaki memakai jas lab berwarna putih tengah memegang cabai.

Pengguna dapat mengklik tombol play di bagian kanan bawah. Kemudian, tokoh lelaki yang bernama Wilbur Scoville tersebut akan memakan paprika hijau kemudian memakan es krim. Pengguna akan diminta berperan sebagai es krim yang melawan paprika untuk mengetahui seberapa tingkatan kepedasan.

Pengguna akan dibawa ke jenis cabai selanjutnya yaitu jalapeno. Begitu pun seterusnya jika pengguna menang. Namun jika kalah, Wilbur Scoville akan memberikan tingkat kepedasan cabai tersebut.

Siapa sebenarnya tokoh Wilbur Scoville tersebut?

Orang-orang sudah tahu tentang kualitas cabai yang membakar lidah, dan merangsang air mata jauh sebelum Columbus mencapai Amerika.

Namun, sebelum Wilbur Scoville, tidak ada yang tahu bagaimana mengukur "panas"nya cabai. Sebagaimana dikutip di laman resmi Google, Scoville kemudian memikirkan pekerjaannya di bidang ini yaitu dengan adanya pengembangan Skala Scoville eponymous-nya.

Dilahirkan di Bridgeport Connecticut pada 22 Januari 1865, Wilbur Lincoln Scoville adalah seorang kimiawan, peneliti pemenang penghargaan, profesor farmakologi dan wakil ketua kedua dari American Pharmaceutical Association.

Bukunya, The Art of Compounding, adalah salah satu yang paling awal menyebutkan susu sebagai penangkal panas merica.

Wilbur Lincoln Scoville mungkin paling diingat untuk tes organoleptiknya, yang menggunakan penguji manusia untuk mengukur kepedasan pada paprika.

Hingga muncullah istilah SHU atau Scoville Heat Units, sebuah sistem untuk mengukur kepedasan. Metode ini dikembangkan Wilbur Scoville sejak 1912.

Hingga sekarang, metode ini masih dipakai untuk mengukur tingkat kepedasan cabai atau makanan. Sekarang, cabai terpedas di dunia adalah Carolina Reaper yang dikembangkan The PuckerButt Pepper Company.

Cabai ini punya skala kepedasan hingga 1,5 juta SHU. Untuk perbandingan, cabai rawit hanya memiliki rating 50 ribu hingga 225 ribu SHU.

Rasa pedas dalam makanan sebenarnya adalah sesuatu yang asing bagi manusia. Jika mengingat pelajaran biologi yang diajarkan saat sekolah dasar, lidah hanya bisa mengenali 4 rasa: pahit, asin, asam, dan manis. Lidah tak bisa mengenali rasa pedas.

Menurut Paul Rozin, profesor psikologi di Universitas Pennsylvania yang sudah meneliti rasa pedas sejak 1970, rasa pedas ini adalah gabungan dari sensasi kebahagiaan (pleasure) dan rasa sakit (pain).

Dalam struktur otak, dua sensasi ini terjadi di bagian yang disebut sebagai "hedonic hot spots", area yang merespons pelepasan endorfin, reaksi yang meningkatkan rasa bahagia.

Rozin menjelaskan, kecintaan pada rasa pedas tak lebih dari penggabungan dua sistem pleasure dan pain itu. Mencicipi makanan pedas berisiko dan berbahaya, tapi akan membuat lega ketika pedas itu perlahan hilang.

Sensasi seperti itu juga sama dengan rasa takut ketika akan melakukan kegiatan berbahaya, seperti menaiki roller coaster, atau terjun payung. Rasa takut hanya ada di awal. Setelah usai, rasa lega dan bahagia yang datang.

Baca juga artikel terkait GOOGLE DOODLE atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH