tirto.id - Meski sedang terbaring dan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetap bersedia menerima tamu. Bukan orang-orang sembarangan yang menjenguk SBY, di antaranya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie, dan Presiden Republik Indonesia ketiga BJ Habibie.
Sakitnya SBY sempat membuat sejumlah agenda politik Partai Demokrat mandek. Salah satunya mengenai pembahasan capres dan cawapres di 2019 bersama Prabowo yang dijadwalkan pada 18 Juli 2018. "Masak lagi jenguk orang sakit bicara pilpres," kata Prabowo usai menyambangi SBY di RSPAD, Rabu (18/7) malam.
Bukan flu, batuk, atau masuk angin yang bikin SBY harus dirawat di RSPAD. Aburizal usai menjenguk SBY mengatakan kepada awak media perihal sakitnya orang nomor satu di Partai Demokrat itu. "Ginjal katanya, infeksi ginjal. Karena kecapekan barangkali," ungkap Aburizal.
Tapi pernyataan Aburizal dibantah oleh SBY saat ia akan meninggalkan rumah sakit pada Kamis (19/7) malam ia menyatakan hanya terkena virus dan kelelahan saja.
"Tidak ada gangguan ginjal, dan organ yang lain, dan dalam tiga hari ini [perkembangannya] sangat signifikan. Boleh dikatakan telah dipulihkan hampir mendekati normal," kata SBY.
SBY memang tak lagi muda. Usianya kini sudah menjejak 69 tahun. Seperti kebanyakan manusia lanjut usia, ia jadi gampang terserang virus jika kelelahan. Hal ini dibenarkan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Daeng M Faqih. Menurutnya di usia mendekati 70 tahun seseorang akan rentan terserang penyakit apabila melakukan aktvitas berat.
"Saya tidak merujuk kepada Pak SBY, tapi kalau usia itu memang bisa jadi rentan melakukan aktivitas berat bagi kebanyakan orang, meskipun masih mampu," kata Daeng kepada Tirto, Jumat (20/7/2018).
Faqih mengatakan setiap orang memiliki daya tahan tubuh (imun) yang berbeda-beda. Namun kunci menjaga kesehatan di usia senja hanya dua: jangan terlalu banyak bekerja dan perbanyak asupan bernutrisi. "Tapi kuncinya agar tetap kuat dengan banyak istirahat dan banyak makanan bernutrisi," imbuhnya.
Di tengah keharusan banyak istirahat demi menjaga kesehatan dan padatnya kegiatan di tahun politik haruskah SBY menyerahkan mahkota tertinggi Partai Demokrat dengan menginisiasi suksesi kepemimpinan? Lalu siapa sosok kader Demokrat yang pantas menggantikannya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) atau Eddhy Baskoro Yudhoyono (Ibas), atau jangan-jangan kader yang bukan trah Cikeas?
Suksesi Demokrat
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Rully Akbar menilai sakitnya SBY membuka diskusi mengenai regenerasi kepemimpinan Partai Demokrat. Ia menyebut AHY sebagai sosok yang pas untuk menggantikan SBY.
"Memang kalau kita lihat, kan, sudah dipersiapkan dengan terus mengendorse AHY," kata Rully kepada Tirto.
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) putra sulung SBY pernah dijadikan calon gubernur DKI Jakarta. Setelah kalah ia ditunjuk sebagai ketua Komando Tugas Bersama (Kogasma) yang tugasnya berkomunikasi politik dengan partai-partai lain menjelang Pemilu 2019. Namanya pun digadang-gadang sebagai kontestan di Pilpres 2019 dari Demokrat, baik sebagai capres, maupun cawapres.
Ini tercermin dari pernyataan Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan pada 19 Juli 2018 di Kompleks DPR Senayan, Jakarta Pusat. Menurutnya kubu Jokowi atau kubu Prabowo mesti menjadikan AHY sebagai capres jika ingin berkoalisi dengan Demokrat.
Elektabilitas AHY di bursa cawapres memang salah satu yang tertinggi. Hasil survei Charta Politica periode 23 sampai 29 Mei 2018 menyatakan, AHY berada dalam urutan tiga besar pendamping Jokowi dan Prabowo. Ia bersaing ketat dengan Mahfud MD di kubu Jokowi, dan bersaing ketat dengan Gatot Nurmantyo di kubu Prabowo.
"Kalau menurut saya yang saat ini terlihat siap menggantikan SBY memang AHY. Ibas nanti membantu di internal," kata Rully.
Hanya saja, kata Rully, pergantian kepemimpinan di Demokrat dari SBY ke AHY dalam waktu dekat riskan menggoyahkan suara partai ini. Sebab, menurutnya, Demokrat setipe seperti PDIP yang menggaet massa dengan menjual figur pemimpinnya.
"Orang memilih Demokrat karena faktor SBY, seperti orang memilih PDIP karena Megawati. Tentu akan menggoyahkan kepercayaan publik kalau terjadi pergantian dekat-dekat ini," kata Rully.
Maka, Rully menilai pergantian akan lebih tepat dilakukan setelah Pilpres 2019. Apalagi jika AHY benar terpilih sebagai cawapres. Sebab, dengan begitu Demokrat bakal punya matahari baru yang siap membuat partai ini lebih bersinar.
Demokrat Belum Akan Mengganti SBY
Menyikapi hal ini, Wakil Ketua Umum Demokrat, Syarifudin Hasan bereaksi keras. Menurutnya, pihak yang menyuarakan pergantian SBY adalah mereka yang tak ingin melihat Demokrat menjadi besar.
"Kenapa mesti regenerasi? Mungkin orang itu tidak mau melihat Demokrat lebih bagus. Di bawah kepemimpinan SBY, kan, Demokrat bagus," kata Syarifudin kepada Tirto dengan nada tinggi.
Anggota Komisi I DPR ini menyatakan kondisi SBY masih segar bugar dan kuat untuk memimpin partai lebih lama lagi. Perawatan kemarin, menurutnya, bukan karena penyakit yang serius, melainkan hanya kelelahan.
"Ya itu, kan, kelelahan biasa. Buktinya tiga hari sudah keluar. Berarti tidak ada yang serius gitu, loh," kata Syarifudin.
Perihal kemungkinan diganti AHY, Syarifudin menyatakan tidak semudah itu. Pasalnya, antara SBY dan AHY tetap sosok yang berbeda dan memiliki pengaruh yang berbeda pula bagi Demokrat.
"Ada proses di partai. Masak tiba-tiba hanya sakit dua hari terus ganti pimpinan. Enggak begitulah. Gimana ceritanya. Dan beliau itu sehat-sehat saja. Berarti, kan, tidak serius itu," kata Syarifudin.
Pekan depan, kata Syarifudin, SBY sudah mulai aktif melakukan kegiatan partai. Salah satunya melakukan pertemuan dengan Prabowo pada 24 Juli 2018.
Sementara itu, Ketua DPP Demokrat Ferdinand Hutahean menyatakan tidak etis membicarakan regenerasi ketua umum Demokrat saat ini. "Terkait posisi ketum, tidak baik dibicarakan sekarang karena periode pengurus masih sampai 2020," kata Ferdinand kepada Tirto.
Meskipun begitu, Ferdinand menyatakan regenerasi kepemimpinan di internal Demokrat terus berjalan sebagai partai yang demokratis.
"Saat ini banyak kader muda dan itu bukti bahwa Pak SBY menyiapkan kader untuk regenerasi kepemimpinan termasuk AHY dan Ibas dan kader lain," kata Ferdinand.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Muhammad Akbar Wijaya