tirto.id - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 melaporkan berbagai upaya percepatan penanganan pandemi yang telah dilakukan. Namun pemerintah mengakui masih ada tantangan dalam menjaga kemampuan tes. Mereka bahkan mengakui pemerintah sulit mengejar target tes yang dipatok WHO.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menuturkan Satgas sudah 6 bulan terakhir berusaha mempercepat penanganan COVID-19. Bahkan pemerintah sudah menambah lab PCR bergerak di berbagai daerah, penambahan jumlah laboratorium pengetesan dan rumah sakit rujukan. Namun Satgas masih menemukan kendala dalam menangani COVID-19.
"Untuk saat ini, tantangan terbesar adalah melakukan tes secara masif dan jumlah tes belum mencapai kriteria WHO," kata Wiku dalam konferensi pers secara daring yang ditayangkan Sekretariat Presiden dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (2/9/2020).
Ia menuturkan, WHO menentukan standar testing yang dilakukan adalah 1 banding 1.000 penduduk per minggu. Namun jumlah penduduk Indonesia mencapai 267 juta penduduk sehingga setidak-tidaknya Indonesia harus bisa mengetes sekitar 267 ribu orang per minggu.
"Jumlah ini masih jauh dari angka yang ditentukan karena situasi saat ini hanya mencapai 95 ribu orang per minggu," kata Wiku.
Wiku menuturkan, pemerintah berusaha meningkatkan testing dan tracing dengan intensifikasi program di kebutuhan kesehatan primer seperti klinik kesehatan dan puskesmas. Pemerintah juga mengoptimalkan fasilitas kesehatan selama pandemi COVID-19.
Ia pun mengatakan, Indonesia memiliki keuntungan dalam tata kelola fasilitas kesehatan di level bawah. Ia mengatakan, Indonesia memiliki puskesmas yang terkoordinir dengan fasilitas kesehatan lain seperti Posyandu. Fasilitas kesehatan ini saling terhubung dan berusaha mengedukasi pencegahan COVID-19.
“Untuk mendukung hal itu, untuk meningkatkan kemampuan laboratorium dengan meningkatkan partisipasi semua pihak, termasuk swasta dalam mengejar target," kata Wiku.
Ia menambahkan, “Sesuai perintah presiden, kami memfokuskan peningkatan kemampuan tes, tracing dan kapasitas treatment hingga per 1 September 2020, jumlah spesimen dites 2.270.267 dan orang dites 1.312.477 dan positivity rate per 1 September berada di angka 18,5 persen meski beberapa daerah punya positivity rate lebih rendah tapi tidak sampai 5 persen," kata Wiku.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz