Menuju konten utama

Santa Muerte: Agama Baru Orang Pinggiran

Mengenal aliran keagamaan terbesar di Meksiko.

Santa Muerte: Agama Baru Orang Pinggiran
Seorang gadis membawa patung La Santa Muerte saat seorang pria menuangkan Tequila di Tepito, Meksiko. Foto/Reuters/Claudia Daut

tirto.id - Patung Santa Muerte berukuran sedang berjubah ungu berdiri gagah di dalam ruangan. Di bawahnya, dua sosok perempuan duduk tenang, hanyut merapal doa. Di kiri dan kanan patung, bunga-bunga berserakan disertai potongan-potongan kertas.

Santa Muerte merupakan aliran kepercayaan yang sedang berkembang pesat di Meksiko. Menurut Andrew Chesnut, pengarang buku Devoted to Death (2011) yang mengisahkan sepak terjang Santa Maurte, jumlah pengikutnya mencapai belasan juta.

“Dia (Santa Muerte) mempunyai sekitar 10 sampai 12 juta pengikut. Semua dicapai hanya dalam kurun waktu 12 tahun,” ungkapnya kepada VICE. Chesnut menambahkan pengikut Santa Muerte bahkan tersebar sampai Jepang, Australia, dan Filipina. “Tidak ada gerakan keagamaan baru lainnya yang bisa menyamain kecepatan pertumbuhan Santa Muerte,” paparnya.

Kemunculan pertama Santa Muerte terjadi pada tahun 1965 di negara bagian Hidalgo. Pada awal kemunculan, kelompok Santa Muerte berativitas sembunyi-sembunyi, dari satu rumah ke rumah, dari satu orang ke orang. Hingga akhirnya memasuki tahun 2000, Santa Muerte mulai meraih popularitas di masyarakat Meksiko.

Adalah Enriqueta Romero yang menyebabkan pertumbuhan Santa Muerte menjadi begitu cepat. Perempuan yang dianggap sebagai “pendeta agung” Santa Muerte ini membangun tempat suci pertama untuk para pengikut di Tepito. Semenjak itu ajaran Santa Muerte menyebar kencang. Tak hanya di Meksiko saja tapi juga di kota-kota lain seperti Houston hingga Los Angeles.

Enriqueta, yang sekarang berusia 70 tahun menjelaskan keinginan untuk membawa Santa Muerte ke publik sebetulnya sudah muncul sejak lama. Kendati harapan itu terpendam, ia percaya bahwa suatu hari nanti Santa Muerte dapat disaksikan banyak orang.

“Saya cinta sosok maut, pada penampakan fisiknya. Dia (Santa Muerte) seharusnya tidak ditakuti. Dia bukanlah pendendam dan dia juga tidak akan mempercepat kematianmu. Dia adalah bagian dari kehidupan dan dia melindungi yang tidak dimiliki orang lain,” ungkap Enriqueta tentang Santa Muerte.

Banyak yang berpendapat Santa Muerte merupakan perpaduan antara agama Katolik dengan kepercayaan Aztec mengenai Mictecacihuati (ratu penguasa bawah tanah). Hubungan dengan Katolik kiranya mudah dipahami sebab penyembahan yang dilakukan di Santa Muerte mengandung banyak kesamaan seperti yang digunakan Vatikan.

Kesamaan tersebut terlihat pada Rosario, lilin, serta beberapa doa yang merupakan tiruan langsung dari Katolik. Bahkan pose Santa Muerte mirip dengan Bunda dari Guadalupe (Virgin of Guadalupe). Sebagai catatan, Bunda dari Guadalupe (Virgin of Guadalupe) adalah salah satu peristiwa penampakan Maria paling tua yang tercatat dalam sejarah Katolik.

Peristiwa penampakan ini terjadi di Meksiko ketika sebagian besar masyarakatnya masih menganut kepercayaan lokal Aztec. Pendapat lain menghubungkan Santa Muerte dengan kepercayaan masyarakat adat Meksiko. Akan tetapi pendapat ini sifatnya lemah mengingat ada banyak versi tentang tradisi religius yang berkembang di Meksiko.

Baca juga: Perppu Ormas Kian Mendiskriminasi Agama dan Papua

Sosok Santa Muerte ditafsirkan sebagai perempuan suci yang lekat dengan personifikasi kematian. Di samping itu, Santa Muerte dipandang mewakili perlindungan, keadilan, dan jalan yang aman dari hidup sampai mati. Santa Muerte juga dianggap menjadi santo pelindung bagi mereka yang terbuang dan dipinggirkan masyarakat, misalnya pelaku kejahatan dan pelacur. Berangkat dari hal tersebut, Santa Muerte kerap dihubungkan dengan tindak kekerasan, kriminal, pelacuran, sampai perdagangan narkoba.

Menurut jurnalis Vice Erin Lee, para pengikut Santa Muerte mungkin tidak terlalu saleh. Tapi di samping itu, mereka juga bukan golongan ateis. Pengikut Santa Muerte, menurut Paulas, menciptakan simbol agama mereka sendiri untuk menyuburkan keberadaan, identitas, serta praktik mereka. Aktivitas tersebut akhirnya dipandang menyeramkan: Santa Muerte membiarkan tindakan kekerasan dan kemudian tak lama setelahnya akan memaafkan tindakan itu.

Santa Muerte mengenal dua peran dalam aktivitasnya: orang suci dan pekerja spiritual. Steven Bragg, pemimpin gereja Santa Muerte di New Orleans menyatakan bahwa sebagai orang suci, Santa Muerte akan melindungi dan membimbing pengikutnya menjalani kehidupan. “Alih-alih berbelok kanan, Anda justru berbelok kiri dan selamat dari kecelakaan lalu lintas,” ujar Bragg menganalogikan peran Santa Muerte selaku orang suci.

Untuk peran pekerja spiritual sendiri, Santa Muerte akan datang kepada para pengikut melalui panggilan dari tiga lilin berwarna merah, putih, dan hitam. Merah adalah untuk cinta, pekerjaan, dan keadilan. Putih untuk penyembuhan, kedamaian, serta kemakmuran. Sedangkan hitam untuk kekuatan yang “lebih gelap” seperti perlindungan dari ilmu sihir. “Dia akan melakukan apapun untukmu,” pungkas Bragg menggambarkan keterlibatan Santa Muerte sebagai pekerja spiritual.

Sementara itu Chesnut menjelaskan bahwa para pengikutnya tak perlu menyembah Santa Muerte secara eksklusif. Dalam Santa Muerte, para pengikutnya tak akan menjadi miskin seperti ketika Tuhan Kristen misalnya, menginginkan umat-Nya untuk menghancurkan berhala. Chesnut juga mengungkapkan masih banyak pengikut Santa Muerte yang menerapkan ajaran agama Katolik.

Perkembangan Santa Muerte tak bisa dilepaskan dari kondisi dalam negeri Meksiko yang kompleks: ketimpangan sosial, pengangguran, korupsi, minimnya akses terhadap sumber daya air bersih, hingga polusi. Sehubungan dengan kondisi itu, banyak orang Meksiko yang tidak mempercayai pemimpin maupun institusi terkait. Salah satunya adalah terhadap Gereja Katolik. Dampaknya, jumlah penganut agama Katolik menurun dan banyak dari mereka mencari bentuk keyakinan ‘baru’ yang dirasa lebih modern serta mampu memenuhi kebutuhan spiritual.

Persebaran ajaran Santa Muerte mayoritas terjadi di daerah berpendapatan rendah, dan juga di penjara-penjara di Meksiko. Alasan kuat mengapa Santa Muerte populer di penjara ialah karena Santa Muerte dianggap lebih mampu memaafkan (tidak menghukum dosa-dosa tradisional yang acapkali dilakukan para tahanan) dibanding gereja Katolik. Bukti mengenai popularitas Santa Muerte di penjara adalah ditemukannya banyak tempat pemujaan oleh tim pengawasan penjara kala inspeksi.

Baca juga: Agama Angkasa Sabar Nababan dan Problem Kriminalisasi

Kartel dan Penolakan Vatikan

Patung terbesar pemuja Santa Muerte terletak di kota Tultitlan dengan tinggi sekitar 75 kaki. Di tempat pula Enriqueta sering melakukan upacara pernikahan dan pembaptisan kepada para pengikutnya. Sebenarnya tempat itu milik putranya, Jonathan, yang tewas ditembak pada 2008.

Santa Muerte sering diidentikan dengan berbagai tindak kekerasan dan kejahatan lainnya. Atas dasar itu, Santa Muerte dianggap memiliki hubungan dengan narco (sindikat perdagangan narkoba). Anggapan itu bukan tanpa dasar. Para pengikut Santa Muerte rata-rata pernah mengalami kerasnya dunia narkoba di Meksiko. Entah menjadi penyelundup ataupun penjual yang bekerjasama dengan kartel. Pada 2013 Rosalio Rosalio Reta dan Gabriel Cardona membunuh seseorang atas permintaan kartel narkoba Meksiko. Cardona sendiri merupakan anggota Santa Muerte.

Namun tuduhan yang mengaitkan Santa Muerte dengan Narco dibantah Enriqueta. Bagi Enriqueta, Santa Muerte bisa menjadi apapun yang diinginkan pemujanya. Amalia Cordero, salah seorang pengikut, menjelaskan bahwa yang memperburuk citra Santa Muerte adalah para pengikutnya sendiri. Bagi Cordero, Santa Muerte adalah malaikat yang diciptakan Tuhan dan setiap orang dapat mengadu nasib.

Infografik anomali muerte

Di Meksiko, narkoba adalah masalah akut. Menurut Chesnut, kematian yang ditimbulkan akibat narkoba mencapai angka 80 ribu sejak 2006. Perang kartel menyebabkan halaman muka koran-koran diisi dengan foto mayat tanpa kepala.

Harapan sempat muncul saat pergantian presiden dari Felipe Calderon ke Enrique Nieto. Namun hal itu menguap saat terjadinya peristiwa pembunuhan kejam yang menewaskan 43 orang. “Karena konflik narkoba ini, orang-orang Meksiko mulai mencari perlindungan dan Santa Muerte dengan reputasinya sebagai ‘orang suci’ pun menjadi tujuan mereka,” tutur Chesnut.

Baca juga: Krisis Meksiko Dulu, Krisis Asia Kemudian

Melihat perkembangan aliran Santa Muerte yang kian masif, pemerintah Meksiko pun pernah mengambil tindakan. Pada tahun 2009, pemerintah mengirimkan pasukan tentara guna menghancurkan 40 patung Santa Muerte yang berada di pinggir jalan dekat perbatasan Amerika. Namun usaha tersebut gagal. Bahkan sejak itu, para penganut aliran Santa Muerte mengklaim sang santa sebagai pelindung nasional menyaingi Bunda dari Guadalupe.

Keberadaan Santa Muerte di Meksiko tak luput dari pantauan Vatikan selaku otoritas tertinggi gereja Katolik. Pada Mei 2013, Presiden Dewan Kepausan Vatikan Kardinal Ravasi menyebutkan bahwa Santa Muerte telah melakukan penistaan terhadap agama. Selain itu para pemuka Katolik mengatakan pengikut Santa Muerte sebagai penganut satanisme. Pernyataan dari Vatikan pun menyebar ke uskup-uskup Katolik di seluruh Meksiko.

Namun di lain sisi, gereja Katolik sebetulnya punya andil dalam menambah jumlah pengikut Santa Muerte, terutama dari jamaat berlatarbelakang LGBT. Meskipun LGBT sudah mendapatkan tempat di Meksiko sejak 2007, namun homofobia dan diskriminasi seksual masih terjadi. Awal tahun lalu, dua pria gay dikeluarkan dari tempat perayaan Tahun Baru oleh polisi bersenapan saat diketahui berciuman di muka umum. Kondisi diperburuk dengan ucapan Uskup Leopoldo Gonzales yang meyakini bahwa homoseksualitas “bertentangan dengan alam.”

Baca juga: Kiprah El Chapo, Raja Narkoba asal Meksiko

Bragg berpendapat gereja telah mengusir kelompok gay, biseksual, atau transgender. Maka dari itu tak heran apabila mereka bergabung dengan Santa Muerte karena bagi mereka yang terusir tak ada banyak tempat lain untuk dituju. Meski demikian, Bragg berujar bahwa jumlah LGBT di Santa Muerte tak terlalu banyak. Dalam beberapa kasus, kelompok LGBT ini telah melakukan aktivitasnya sendiri untuk Santa Muerte. Salah satu tempat yang digunakan adalah apartemen milik Arely Gonzales—seorang imigran transeksual yang memperoleh perlakuan diskriminasi dari gereja Katolik Meksiko—di Queens, New York.

Menurut Profesor Cielo pengikut Santa Muerte dari Los Angeles, aliran tersebut tak mengenal batas-batas ras, agama, atau bahasa. “Santa Muerte adalah satu dari sedikit kekuatan yang saya ketahui tidak akan mengkritik Anda berdasarkan siapa Anda, penampilan Anda, atau pekerjaan Anda,” tuturnya. “Dia (Santa Muerte) telah mengajari saya untuk menghargai dan memahami manusia. Banyak agama lain tidak mengajarkan itu.”

Apa yang dirasakan Profesor Cielo, Bragg, hingga Gonzales mungkin mewakili perasaan para penjahat, penyelundup, kriminal, pelaku kekerasan, hingga pekerja seks yang merasa terabaikan, tak memiliki tempat, dan terbuang dari masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang mungkin putus asa dalam kehidupan lalu mencari tempat untuk menenangkan pikiran, menyusun kembali jalannya, serta mencoba meraih makna spiritual. Dan Santa Muerte menyediakan apa yang mereka cari.

Baca juga artikel terkait AGAMA atau tulisan lainnya dari M Faisal

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: M Faisal
Penulis: M Faisal
Editor: Windu Jusuf