tirto.id - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno, mengaku sedang mempertimbangkan pemakaian tenaga listrik untuk bus TransJakarta. Inisiatif tersebut muncul setelah adanya dorongan dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia terkait wacana penggunaan bus listrik guna mengurangi polusi udara.
“Ini sedang dikaji, biar Pak Jos (Daud Joseph, Direktur Operasional PT TransJakarta) yang sampaikan. Tapi ini harus dimulai dari sekarang,” ujar Sandiaga di Gandaria City, Jakarta, Minggu (29/10/2017) siang.
Menurut Sandiaga, kesiapan produksi kendaraan listrik sudah relatif memadahi. Tak hanya itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta yang juga pengusaha ini melihat bahwa upaya penyelarasan dengan infrastruktur dapat dilakukan sembari berjalannya proses produksi.
Lebih lanjut, Sandiaga menilai urgensi dari penggunaan kendaraan listrik tersebut salah satunya terkait dengan faktor kesehatan. Ia menyebut kondisi udara di Jakarta sudah terbilang gawat sehingga jumlah penderita masalah pernafasan meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
“Karena yang banyak menyumbang polusi itu kan justru bus-bus yang medium, yang usianya sudah lanjut, baik yang dioperasikan mitra, maupun Kopaja, Metro Mini, dan lain-lain bisa diintegrasikan dengan beberapa rute yang dilewati bus berbasis listrik.” jelas Sandiaga.
Kendati demikian, Sandiaga belum bisa memastikan target rampungnya pengkajian bus listrik oleh PT Trans Jakarta tersebut. “Mungkin bisa ditanyakan Pak Jos, tapi kalau bisa dikaji dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, masyarakat tidak perlu lama menunggu,” ujar Sandiaga.
Masih dalam kesempatan yang sama, Daud Joseph mengatakan bahwa PT TransJakarta terbuka dengan berbagai masukan terkait penggunaan energi listrik. Menurut Joseph, peralihan dari bus yang menggunakan BBM (bahan bakar minyak) ke listrik harus disertai efisiensi pada segi operasional.
“Jangan sampai beralihnya ke bus listrik lalu membuat biaya operasional menjadi tinggi. Tingkat kenyamanan pun tidak boleh berkurang,” kata Joseph.
Dari segi infrastruktur, Joseph berpendapat masih perlu adanya tambahan fasilitas pendukung di tengah masyarakat, seperti Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU). Selain itu, Joseph turut mendorong adanya kesinambungan antara transportasi publik sehingga biaya dapat jadi lebih terkendali.
Saat disinggung kendala yang dihadapi dalam penerapan energi listrik pada bus Trans Jakarta, Joseph mengklaim masih adanya asumsi-asumsi lama yang beranggapan kalau biaya operasional dan produksi bus listrik relatif lebih mahal.
“Kalau zaman dulu, harga (satu unit bus) bisa hampir dua kali lipat. Diproduksinya dari beberapa negara, tapi TransJakarta memang belum pernah pakai,” ungkap Joseph.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Iswara N Raditya