tirto.id -
"Kita harus ajak dialog dan kita harus perlihatkan tempat pindahnya kemana, jadi mereka punya bayangan, nah, ini yang nanti akan kita siapkan," ungkapnya di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (7/2/2018).
Di beberapa lokasi, Sandi menyebut normalisasi terhenti lantaran kurangnya rusunawa untuk merelokasi warga di bantaran kali. Di, Kebon Pala, Kampung Melayu, misalnya, beberapa warga bersedia digusur asal mendapatkan rusunawa dan uang ganti rugi dari pemerintah.
"Nanti kita harus [cari] solusi. Dari pihak Pemprov kerjasama kita harus siapkan. Kemarin [rusunawa] Jatinegara Barat sudah penuh, maka masyarakat dicari tempat sekitar situ," kata Sandi.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Imam Santoso berharap Pemerintahan Anies-Sandi segera memutuskan jadwal pelaksanaan normalisasi sungai Ciliwung selanjutnya.
Jika Anies-Sandi ingin melanjutkan program pencegahan banjir ini, kata dia, normalisasi Sungai Ciliwung akan berlangsung dari titik Pintu Air Manggarai hingga Bukit Duri.
"Dari total 38 km, kiri kanan dari Tb Simatupang-Manggarai, baru sekitar 16 km, kiri kanan (yang dinormalisasi). Panjang satu sisi sungai baru 8 km," kata Imam di Pintu Air Manggarai pada Senin (5/2/2018).
Ia juga meminta Pemprov untuk mempercepat pembebasan lahan dan memastikan lokasi yang akan dinormalisasi bisa dimasuki alat berat. "Pembebasan lahan itu dikerjakan Pemprov DKI, dinas tata air. Ini sesuai perjanjian. Kalau sudah dibebaskan, kami akan kerjakan," terangnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Maya Saputri