Menuju konten utama

Saham PGEO Kembali Terkoreksi, Imbas Kilang Dumai yang Terbakar?

Pasca kebakaran kilang minyak di Dumai saham PGEO menyentuh auto reject bawah dengan koreksi 5,76 persen ke level harga Rp655 per lembar.

Saham PGEO Kembali Terkoreksi, Imbas Kilang Dumai yang Terbakar?
Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di layar monitor di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (1/2/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.

tirto.id - Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) kembali menyentuh auto reject bawah (ARB) dengan koreksi 5,76 persen ke level harga Rp655 per lembar pada penutupan perdagangan Senin (3/4/2023). Perseroan telah mengalami koreksi lebih 25 persen sejak pertama melantai di bursa.

Terus melemahnya harga saham PGEO dinilai terjadi karena banyak hal. Mulai dari tingkat kepercayaan investor yang minim, fundamental perusahaan yang kurang mumpuni, hingga sentimen negatif dari tata kelola induk usaha.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Alfatih mengatakan, sentimen pasar bisa jadi sangat irrasional. Banyaknya depo dan kilang yang terbakar beberapa waktu terakhir milik induk usaha PGEO, yaitu Pertamina berdampak pada sentimen negatif.

Diketahui, pada Sabtu 1 April 2023, ledakan kilang minyak Kembali terjadi di Putri Tujuh Pertamina Dumai, Riau. Insiden yang mengakibatkan sedikitnya sembilan korban luka itu menambah daftar panjang setelah kejadian kebakaran Depo BBM Plumpang, Jakarta Utara. Saat kebakaran Plumpang 25 warga tewas terbakar dalam insiden tersebut.

“Pasar akan mengaitkan dengan kinerja manajemen yang kurang, itu bisa saja terjadi," ujarnya kepada wartawan, dikutip Selasa (4/3/2023).

Dia juga menyoroti tentang kinerja perseroan baik sisi keuangan maupun operasional. Laporan kinerja keuangan 2022 tidak membukukan salah satu proyek bernilai jumbo sebab tidak menghasilkan.

“Hal itu bukan sesuatu yang positif,” imbuhnya.

Selain itu, banyak investor yang melihat pengelolaan utang perseroan. Misalnya pos utang jangka panjang sebesar 600 juta dolar AS atau sekitar Rp9 triliun yang disulap menjadi utang jangka pendek dan akan segera jatuh tempo.

Tertulis dalam laporan keuangan yang ditandatangani oleh Direktur Utama PGEO Ahmad Subarkah Yuniarto itu, total utang PGEO dengan jangka pendek tersebut terdiri atas pinjaman dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 105 juta dolar AS, MUFG Bank Ltd, Jakarta Branch sebesar 105 dolar AS juta dan PT Bank UOB Indonesia juga 105 juta dolar AS.

Berikutnya, berasal dari PT Bank HSBC Indonesia sebesar 82,5 juta dolar AS, Australia and New Zealand Banking Group Limited Singapore Branch 75 juta dolar AS, PT Bank BTPN Tbk (BTPN) senilai 52,5 juta dolar AS, Sumitomo Mitsui Banking Corporation Singapore Branch senilai 2,5 juta dolar AS dan The Hong Kong and Shanghai Bank Corporation Limited senilai 22,5 juta dolar AS.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menambahkan, turunnya harga saham bukan soal utang dan minusnya kinerja perseroan saja. Penolakan warga di sekitar proyek geothermal juga menjadi variable yang kurang bagus.

“Penolakan masyarakat di sekitar proyek geothermal masih berlanjut. Padahal, perusahaan harus memastikan proses yang diklaim sebagai energi terbarukan bebas dari konflik dengan masyarakat hingga memenuhi aspek dampak lingkungan yang baik," katanya.

Sementara itu, Pjs Corporate Secretary PGE, Muhammad Taufik meyakini, bahwa masa depan depan energi panas bumi Indonesia masih sangat menjanjikan. Apalagi sektor ini merupakan keniscayaan pada era transisi energi dan kebijakan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) yang tengah masif belakangan.

Dia mengatakan, jika dibandingkan dengan EBT lain, panas bumi memiliki banyak kelebihan, lebih andal, tidak tergantung musim dan cuaca, tersedia setiap saat dan memiliki capacity factor tinggi.

"Tenaga panas bumi memiliki kombinasi yang menarik dibandingkan dengan jenis pembangkit listrik lainnya dengan keunggulan biaya yang kompetitif ," kata Taufik kepada Tirto beberapa waktu lalu.

Baca juga artikel terkait PGEO atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin