Menuju konten utama
Review MU vs Tottenham Hotspur

Saat Kisi-Kisi Mourinho Memandu Solskjaer ke Arah yang Tepat

Saat masih jadi pandit, Mourinho pernah berkelakar: satu-satunya posisi ideal untuk Rashford adalah winger kiri. Dini hari tadi, saran itu akhirnya jadi senjata yang mencelakai Mourinho sendiri.

Saat Kisi-Kisi Mourinho Memandu Solskjaer ke Arah yang Tepat
Manajer Tottenham José Mourinho, kiri,dengan pemain Manchester United Marcus Rashford, tengah, dan pemain Tottenham Davinson Sanchez selama pertandingan sepak bola Liga Primer Inggris antara Manchester United dan Tottenham Hotspur di Old Trafford di Manchester, Inggris, Rabu, 4 Desember , 2019. Rui Vieira/AP

tirto.id - Setelah menyapu bersih kemenangan dalam tiga laga debut, José Mourinho akhirnya menelan kekalahan pertama sebagai juru taktik Tottenham Hotspur, Kamis (5/12/2019) dini hari waktu Indonesia. Manchester United, klub yang mendepaknya dari jabatan kepala pelatih akhir tahun lalu, lagi-lagi membuat The Humble One sengsara, kali ini di atas lapangan.

Takluk 2-1 dalam duel 90 menit di Stadion Old Trafford, Tottenham sebenarnya tidak kalah dalam hal intensitas permainan. Mereka lebih banyak menguasai bola (54 persen) dan mengumpan (499 operan). Namun, statistik efektivitas serangan menunjukkan sebaliknya. The Lilywhites kalah dalam jumlah tembakan, baik secara keseluruhan (8:12) maupun yang akurat (5:7).

“Pada akhirnya kami kalah bukan karena kalah dominan, tapi karena kami tak cukup lapar. Kami banyak kehilangan second-ball dan kalah hampir di setiap duel individu,” tutur gelandang Tottenham, Dele Alli setelah pertandingan.

Alli tidak bermain mengecewakan dini hari tadi. Dia sempat mencetak gol yang membuat seisi bangku Old Trafford menahan euforia. Sayang, aksi ciamik Marcus Rashford membuat penampilan moncernya seolah tak terlihat.

Rashford tampil bagai binatang buas; sulit dikendalikan lini pertahanan Spurs. Dua gol yang dia jaringkan tidak saja mengantarkan MU menang, tapi juga menempatkan si pemain sebagai man of the match.

Dan atas itu semua, barisan suporter Setan Merah tampaknya kembali harus berterimakasih pada Mourinho.

Kisi-Kisi Mou untuk Ole

Manchester United sempat diterpa kabar buruk ketika Anthony Martial dipastikan tak bisa tampil melawan Spurs karena belum pulih dari cedera, dan pelatih Ole Gunnar Solskjaer bisa saja menempatkan Rashford sebagai pengganti Martial di posisi ujung tombak. Toh Ole tak sekali dua kali mengambil langkah serupa.

Musim ini Ole pernah memplot Rashford jadi ujung tombak saat MU melawan Southampton (31 Agustus 2019), Leicester City (14 September 2019), Astana (20 September 2019), West Ham (22 September 2019), Arsenal (1 Oktober 2019), Newcastle (6 Oktober 2019), Liverpool (20 Oktober 2019) dan Chelsea (31 Oktober 2019).

"Rashford bisa bermain di mana pun, dia bisa menjadi seorang penyerang tengah, kiri maupun kanan," kata Ole, menyebut keputusannya adalah langkah tepat.

Menariknya, dini hari tadi Ole berdamai dengan ambisi lawasnya itu; dia tidak mengambil keputusan serupa. Ole lebih memilih Mason Greenwood sebagai ujung tombak, lantas menempatkan Rashford di pos winger kiri.

Entah kebetulan atau tidak, saran untuk tidak mengoperasikan Rashford sebagai striker--sekalipun Martial sedang cedera--pertama kali disuarakan oleh seorang bernama José Mourinho. Tepatnya ketika Mou belum melatih Spurs dan tampil sebagai pandit di SkySports, 20 Oktober 2019 lalu.

“Aku selalu berpikir bahwa posisi terbaik Rashford cuma satu, di sayap kiri. Rashford selalu berbahaya ketika menusuk dari sisi itu. Bukan ketika menjadi seorang pemain nomor 9,” ujar Mou.

“Rashford punya insting berbahaya, tapi jelas posisi terbaiknya bukanlah sebagai ujung tombak,” imbuhnya memberi penegasan.

Tak ada bukti, memang, jika Ole berhenti memaksakan Rashford sebagai striker karena melihat siaran Mou. Namun, pantas diakui bahwa Mou--saat itu--secara terbuka telah memberikan kisi-kisi kepada Ole soal bagaimana memaksimalkan potensi Rashford.

Faktanya dini hari tadi Rashford tampil ajaib sebagai seorang winger kiri. Dia bisa memaksimalkan celah di sisi kanan pertahanan Spurs yang tampil dengan garis tinggi.

Menurut hitung-hitungan Whoscred, Rashford adalah pemain yang menyumbang 80 persen dari total tembakan tepat sasaran Setan Merah (4 dari 5). Rashford juga menjadi pemain dengan kemenangan dribel terbanyak kedua (5), hanya kalah dari Son Heung-min (8).

Saking briliannya, setelah pertandingan Ole sampai menyebut penampilan Rashford dini hari tadi sebagai “penampilan terbaik sepanjang era kepelatihanku.”

“Dia tampak dewasa dan kuat, meski harus menghadapi pemain-pemain hebat. Eksekusi penaltinya begitu tenang, dan gol pertamanya, aku rasa itu benar-benar insting yang datang dari dalam dirinya.”

Bukti MU Maju

Kemenangan MU bukan melulu soal satu nama. Ole juga memuji penampilan Setan Merah sebagai tim.

“Aku rasa ini adalah penampilan terbaik kami musim ini. Melawan Chelsea kami memang bagus, begitu pula saat melawan Liverpool. Namun, dini hari tadi kami tidak cuma bagus, tapi juga dewasa. Kami bisa menjaga bola, menembus lawan, bermain di belakang mereka.”

Pujian Ole itu, menurut analis sepakbola The Times Paul Hirst, bukan sesuatu yang berlebihan. “Apalagi pertandingan melawan Spurs adalah tolok ukur nyata untuk membandingkan komposisi Manchester United era Ole dan Mou,” kata Hirst.

Tahun lalu, di era Mourinho, Setan Merah main ampas saat menjamu Tottenham di Old Trafford. Mereka kalah 0-3 dalam pertandingan tertanggal 28 Agustus 2018, oleh gol Harry Kane dan brace Lucas Moura.

Tak cuma perihal skor akhir, menurut Hirst secara permainan di atas lapangan Setan Merah kala itu tampak acak-acakan. Mengandalkan skema 3-3-3-1 dengan menumpuk para pemain bertahan, MU tidak saja bermain kelewat pragmatis, tapi juga “tidak percaya dengan pemain-pemain sayapnya.”

Ucapan Hirst bukan omong kosong. Menurut arsip Whoscored, kala itu Setan Merah memang tampak banyak mengandalkan sisi tengah. Proporsi mereka melakukan build-up dari sisi ini mencapai 25 persen.

Angka tersebut lebih tinggi ketimbang dini hari tadi, di mana MU cuma melakukan 18 persen build-up lewat sisi tengah dan lebih mengandalkan tepi lapangan.

Kecenderungan lebih banyak mengadalkan sisi sayap ini, menurut Hirst, sangat tepat untuk menggempur Spurs yang belakangan kerap mendorong satu sisi fullback terlalu ke depan.

Bukan saja Rashford yang berkali-kali menjadi senjata, di sisi berlawanan Daniel James membuktikan bahwa harga transfer 15 juta paun terlalu murah untuk menebus bakatnya. Dengan penetrasinya yang kerap merepotkan, James membuat langkah Mou menggeser Jan Vertonghen sebagai bek kiri seolah jadi antisipasi sia-sia.

Pujian, menurut Hirst, juga pantas disematkan untuk Fred. Dini hari tadi perannya menjadi double-pivot bersama Scott McTominay bikin absennya Paul Pogba bukan lagi masalah besar bagi Setan Merah.

Sepanjang pertandingan, gelandang asal Brazil itu tampil sebagai pemain dengan torehan umpan paling banyak (64 kali). Makin ciamik lagi karena 42 umpan di antaranya dilepaskan ke arah depan. Catatan ini membuat Fred jadi pengumpan ke depan terbanyak MU selama 90 menit, bersama dengan Harry Maguire.

Dampak dari peningkatan efektivitas ini terlihat dari gol pertama Rashford, yang diawali dengan umpan Fred ke arah depan.

Fred juga menunjukkan komitmen tinggi membantu tim bertahan dari tekanan lawan. Dia mencatatkan delapan tekel di pertandingan dini hari tadi, menempatkannya sebagai pemain dengan tekel terbanyak (bersama Daniel James).

“Semua itu menunjukkan bahwa MU telah mengalami peningkatan dibanding era Mourinho. Kini satu-satunya sektor yang tak begitu berubah cuma di fullback kiri. Jika bisa berbenah di sektor itu, aku rasa tim ini tidak boleh dianggap remeh,” pungkas Hirst.

Baca juga artikel terkait LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Rio Apinino