tirto.id - Jumlah karyawan perbankan mengalami tren penurunan seiring pesatnya transformasi digital serta restrukturisasi organisasi perbankan. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudisthira mengatakan penurunan itu akan terjadi pada bank buku III dan buku IV dengan modal inti Rp5 sampai 30 triliun.
"Teknologi itu bisa menggantikan peran cabang atau setidaknya menghemat jumlah karyawan, dibandingkan mereka rekrutmen orang baru dan membayar gaji yang cukup besar," ujar Bhima kepada reporter Tirto, Rabu (27/3/2019).
Bhima menjelaskan, perbankan dapat menghemat ongkos operasional dan menguntungkan untuk kondisi keuangan perbankan dengan memanfaatkan digitalisasi.
Berdasarkan data yang dihimpun Tirto dari laporan keuangan sejumlah bank, hanya Bank Mandiri dan BRI yang masih konsisten menambah jumlah karyawan dalam tiga tahun terakhir.
Jumlah karyawan Mandiri pada 31 Desember 2016 mencapai sebanyak 38.307, sementara pada tahun berikutnya bertambah menjadi 38.904 dan di 2018 kembali meningkat 39.809. Sedangkan di periode yang sama, sejak 2016 hingga 2018, jumlah karyawan BRI berturut-turut adalah 58.885, 60.683 dan 60.553 orang.
Jumlah dua bank pelat merah itu berbeda dengan jumlah karyawan bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk. Setelah menambah pegawai dalam jumlah yang cukup besar, karyawan BCA mulai turun sejak 2017.
Pada 2016, jumlah karyawan BCA mencapai 25.073 dan meningkat 1,5 persen pada tahun setelahnya menjadi 25.439. Sementara pada 2018, jumlahnya menyusut 2 persen menjadi 24.941 karyawan.
Alih Fungsi Tugas Karyawan
Direktur Central Capital Ventura BCA Armand Widjaja mengatakan, secara umum sebenarnya jumlah pegawai pegawai BCA tidak mengalami penurunan signifikan. Sebab, jumlah pegawai eksisting saat ini tetap dioptimalkan dengan sistem alih fungsi dalam rangka pengembangan layanan.
"Dari era krisis 98 jumlah karyawan kita bertambah sampai sekarang ada penyusutan sedikit tapi karena masa kerja," ujar Armand saat ditemui reporter Tirto di Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (27/3/2019).
"Soal digitalisasi ini kami tidak melakukan PHK, kok. Kan jumlah mereka tetap dibutuhkan untuk semakin berkembang, memang ada yang harus shifting dan itu wajar," kata Armand.
Hal serupa dituturkan Direktur Kepatuhan Bank Negara Indonesia (BNI) Endang Hidayatullah. Menurut dia, kebutuhan pegawai akan terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi digital.
Komposisi alih fungsi tugas di BNI mencapai 60% dari total karyawan. Jumlah tersebut merupakan pekerjaan rutin dan kini sudah digantikan oleh teknologi.
BNI sendiri mengalami penurunan jumlah karyawan sejak 2016 hingga 2018, dengan jumlah karyawan secara berturut-turut sebanyak 28.184, 27.209, dan 27.015 orang.
Sementara itu, pemotongan jumlah karyawan terbanyak berada di Bank Danamon. Pada 2016, bank tersebut tercatat memiliki karyawan sebanyak 44.019. Jumlahnya terpangkas dua tahun berikutnya menjadi 36.410 di tahun 2017 dan 32.299 pada 2018.
Ketua Serikat Pekerja SP Danamon Abdoel Moejib mengatakan, pemotongan jumlah karyawan di era disruptif saat ini memang tak bisa dihindarkan. Bahkan porsi pemotongan jumlah karyawan itu lebih besar mulai dari bagian front office hingga back office.
"Dulu itu, kan, ada juga pengurangan karena analis kredit di setiap cabang sudah mulai tidak dibutuhkan. Per cabang dulu bisa dua belas orang, sekarang cukup dua sampai tiga orang," kata Moejib.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Gilang Ramadhan