Menuju konten utama

Penilaian BI Soal 3 Faktor Penentu Arah Kebijakan Suku Bunga

Arah kebijakan Bank Indonesia soal suku bunga acuan akan dipengaruhi oleh laju inflasi, peluang The Fed menurunkan suku bunga dan defisit transaksi berjalan. 

Penilaian BI Soal 3 Faktor Penentu Arah Kebijakan Suku Bunga
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo didampingi Deputi Gubernur Mirza Adityaswara dan Erwin Rijanto menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (27/9/2018). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menjelaskan terdapat tiga faktor yang menentukan arah kebijakan bank sentral soal suku bunga acuan.

Ketiganya ialah kebijakan suku bunga bank sentral AS (Fed Fund Rate), laju inflasi serta pembiayaan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD).

Menurut Mirza, tahun ini laju kenaikan Fed Fund Rate diyakini akan lebih lambat dibandingkan 2018. Oleh karena itu, perhatian BI saat saat ini tertuju pada stabilisasi perekonomian domestik.

"Fed policy yang jadi momok nampaknya sudah sampai puncaknya. Sekarang orang bicaranya kapan The Fed akan menurunkan suku bunga," kata Mirza di kompleks Gedung BI, Jakarta Pusat pada Rabu (27/3/2019).

Terkait dengan inflasi, kata Mirza, BI dan pemerintah akan terus memastikan agar lajunya terkendali di kisaran 3,5 persen plus minus 1 persen. Dia optimistis, pada tahun ini, laju inflasi bisa terkendali.

"Pada 2015, 2016, 2017 dan 2018 inflasi berada di-range yang cukup baik, di angka 3-3,5 persen," ujar dia.

Dengan demikian, saat ini 'PR' terbesar pemerintah adalah menekan CAD agar mencapai kisaran 2,5 persen hingga 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika hal itu tercapai, aliran modal asing akan lebih besar masuk ke indonesia dan pertumbuhan ekonomi domestik dapat dipacu lebih tinggi.

Menurut Mirza, pada 2018, penyebab defisit transaksi berjalan membengkak adalah, penurunan harga komoditas, besarnya impor barang modal untuk proyek infrastruktur serta merosotnya kinerja ekspor.

Lantaran itulah, Mirza menambahkan, BI terus mengajak semua pihak terkait untuk memperbaiki CAD dengan cara mendongkrak ekspor. Target idealnya, neraca perdagangan dapat lebih positif dan CAD ditekan ke angka 2,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Menurut data BI, nilai ekspor Indonesia hanya tercatat sebesar 180,7 miliar dolar AS pada tahun 2018, sementara impor mencapai 181,2 miliar dolar AS.

Baca juga artikel terkait SUKU BUNGA ACUAN atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom