Menuju konten utama

Rupiah Tembus Rp16.303 per Dolar AS, Terlemah Sejak April 2020

Kurs rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS menjelang rilis data inflasi konsumen AS pada Rabu (12/6/2024).

Rupiah Tembus Rp16.303 per Dolar AS, Terlemah Sejak April 2020
Petugas menghitung mata uang Rupiah dan Dolar AS di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta, Kamis (30/5/2024). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.

tirto.id - Nilai tukar rupiah terus menunjukkan tren pelemahan. Dalam data Bloomberg, Selasa (11/6/2024), kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencapai Rp16.303, melemah 20 poin atau 0,13 persen.

Kurs rupiah mencapai titik terlemah sejak April 2020 atau 4 tahun terakhir, saat ini berkisar Rp16.730 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyebut nilai tukar rupiah secara eksternal tersentimen oleh bank sentral yang diproyeksi masih mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja.

Selain itu, data produk domestik bruto (PDB) menunjukkan perekonomian Jepang menyusut sedikit lebih kecil dari perkiraan pada kuartal pertama. Namun, perekonomian masih tetap mengalami kontraksi.

"Data PDB muncul tepat sebelum pertemuan Bank Sentral Jepang akhir pekan ini, di mana bank sentral diperkirakan akan mulai memperketat kebijakan dengan mengurangi pembelian asetnya," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (11/6/2024).

Dari sentimen domestik, utang jatuh tempo pemerintah pada 2025 akan mencapai Rp800,33 triliun. Meski utang pemerintah jatuh tempo yang cukup besar, Ibrahim menilai, utang tersebut tetap dalam koridor aman dengan beberapa catatan.

"Misalnya, asalkan negara tetap kredibel, persepsi terhadap APBN baik, serta kebijakan fiskal ekonomi hingga politik tetap stabil," ungkapnya.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah yang jatuh tempo pada 2025 sebesar Rp800,33 triliun. Jumlah ini terdiri atas Surat Berharga Negara (SBN) jatuh tempo senilai Rp705,5 triliun dan pinjaman jatuh tempo sebesar Rp94,83 triliun.

Jatuh tempo utang pemerintah yang besar adalah akibat dari pandemi COVID-19. Ketika itu, Indonesia butuh hampir Rp1.000 triliun belanja tambahan. Sementara penerimaan negara turun 19 persen karena ekonomi berhenti.

Sedangkan, penarikan utang tersebut, melalui skema burden sharing bersama Bank Indonesia (BI), agar neraca BI tetap baik, fiskal tetap kredibel, politik juga acceptable dengan menggunakan surat utang negara yang maturitasnya maksimum tujuh tahun.

Di samping itu, Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjandra, menuturkan kurs rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS menjelang rilis data inflasi konsumen AS pada Rabu (12/6/2024) dan pengumuman hasil rapat kebijakan the Fed.

"Pelaku pasar mewaspadai kalau data inflasi ini menunjukkan kenaikan melebihi ekspektasi dan sikap the Fed yang masih ragu untuk memangkas suku bunga," ujar Ariston saat dihubungi.

Ariston memproyeksikan pelemahan rupiah akan terjadi ke arah Rp16.300 hingga Rp16.350 pada penutupan hari ini, Selasa (11/6/2024).

"Potensi pelemahan ke arah Rp16.300-Rp16350," ungkap Ariston.

Baca juga artikel terkait KURS RUPIAH HARI INI atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Flash news
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Intan Umbari Prihatin