tirto.id - Nilai tukar (kurs) rupiah ditutup menguat 60 poin atau 0,38 persen ke posisi Rp15.563 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.623 per dolar AS. Penguatan ini di tengah sinyal bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga.
Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan, hari ini indeks dolar (DXY) turun ke level 110, level terendah dalam dua pekan terakhir.
"Hal ini disebabkan oleh harapan akan adanya sinyal yang tidak terlalu hawkish dari The Fed, disebabkan data ekonomi AS yang mulai menunjukkan pelemahan," ujar Rully dikutip Antara, Jakarta, Rabu (26/10/2022).
The Fed telah mengambil kebijakan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin sebanyak tiga kali pertemuan sebelumnya, yang menjadi langkah darurat untuk menekan inflasi yang tinggi di AS.
Tetapi belum adanya tanda-tanda penurunan inflasi dan beberapa data ekonomi yang menunjukkan kondisi ekonomi yang makin melemah, memberikan dukungan pada peringatan beberapa pejabat The Fed yang menyuarakan untuk lebih bersikap hati-hati dalam mengambil kebijakan moneter.
Setidaknya tiga pejabat The Fed sudah menyuarakan kekhawatiran imbas buruk pada ekonomi, jika The Fed melanjutkan untuk mengambil langkah moneter yang agresif ke depannya.
"Rupiah memang masih dipengaruhi oleh sentimen global dan dolar AS masih relatif tinggi," ujar Rully.
Editor: Anggun P Situmorang