tirto.id - Rupiah telah mencapai level Rp 15.100 per dolar AS hingga hari ini. Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk masih menyakini bahwa pelemahan rupiah tersebut belum terlalu mempengaruhi bisnis korporasi saat ini.
Direktur Niaga PT Garuda Indonesia (Persero), Pikri Ilham Kurniansyah mengatakan bahwa pelemahan rupiah memang dapat menekan jumlah penumpang untuk bepergian ke luar negeri.
"Kalau pelemahan rupiah dampak ke [penumpang] domestik lebih sering, ya kan. Ini kesempatan untuk (destinasi) domestik. Tapi, kan orang Indonesia yang pegang dolar juga banyak kan," ujar Pikri di Jakarta Convention Centre pada Jumat (5/10/2018).
Namun, menurut Pikri itu kesempatan positif untuk mengoptimalkan penerbangan ke destinasi wisata domestik. Dengan demikian, bisnis penerbangan Garuda Indonesia saat ini masih bisa diseimbangkan antara menuju Indonesia dan keluar Indonesia.
"Industri terus bagus, turis banyak masuk dan kita banyak dapat dolar. Jadi seimbanglah. Kan yang turun itu yang pergi, tapi yang datang [wisatawan mancanegara] makin senang. Justru mendatangkan devisa," ujarnya.
Lalu, ia mendorong masyarakat Indonesia untuk melakukan perjalanan liburan ke destinasi-destinasi wisata domestik. Menurutnya, hal itu dapat mendorong roda perekonomian domestik di tengah pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
"Orang Indonesia berlibur di domestik, itu lebih bagus. Industri dan ekonomi domestik kita bertumbuh. Kita [lakukan penjualan] luar dan dalam negeri, kan bagaimana kita juga mau mendorong ekonomi domestik, traveling di domestik," ujarnya.
Ia mengungkapkan Garuda Indonesia terus berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dalam mendorong jumlah wisatawan mancanegara terbang ke destinasi-destinasi wisata Indonesia.
"Minggu ini ada GATF (Garuda Indonesia Travel Fair) di Singapura, di beberapa kota Australia, kemarin di Shanghai, itu semua untuk mendatangkan turis ke Indonesia. Di Shanghai kemarin [hasil penjualan tiket] 85 juta yuan," ujarnya.
Sementara itu, target penjualan tiket penerbangan di GATF Jakarta pada 5-7 Oktober sebesar Rp218 miliar, dengan porsi masing-masing 50 persen.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Maya Saputri