tirto.id - Jak-ROP atau Program Mobile Retinopatri Prematuritas Jakarta diluncurkan oleh Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Jumat (17/11/2017).
Pelayanan pemeriksaan retinopati untuk bayi prematur ini dapat digunakan untuk mencegah kebutaan. Program ini akan bergerak secara keliling menyokong fasilitas rumah sakit sekitar Jakarta.
Czeresna Heriawan Soejono, Direktur Utama RSCM dalam konferensi pers di RSCM Kirana Jakarta, Jumat (17/11/21017) mengatakan bahwa Jak-ROP tersebut akan mengunjungi RSUD Pasar Rebo, RSUD Koja, RSUD Tarakan, dan RSUD Budi Asih untuk pemeriksaan kelainan mata pada bayi prematur yang bisa menyebabkan kebutaan dilansir Antara.
Profesor dr Rita Sita Sitorus, Sp.M (K), Ph.D, Pakar kesehatan mata anak RSCM mengatakan latar belakang diadakannya program pemeriksaan Retinopati Prematuritas (ROP) secara berpindah-pindah dikarenakan banyaknya kasus ROP stadium lanjut yang dirujuk ke RSCM dari sejumlah rumah sakit di wilayah penyangga Jakarta.
Sementara itu, bayi prematur dengan ROP harus ditangani dengan cepat sebelum melebihi waktu 42 hari pascakelahiran prematur. Jika telah melewati waktu tersebut, kata Rita, hampir dipastikan penanganan akan sia-sia dan berlanjut pada kebutaan.
Dengan adanya Jak-ROP, kata Rita, diharapkan bisa mencegah terjadinya kasus ROP pada bayi prematur yang mengarah ke stadium lanjut dan bisa menyebabkan kebutaan.
ROP merupakan penyakit kelainan pembuluh darah pada mata yang bisa menyebabkan kerusakan retina hingga mengakibatkan kebutaan.
Kelainan tersebut biasa terjadi pada bayi yang terlahir prematur dengan kriteria terlahir saat usia kandungan di bawah 34 minggu dan berat di bawah 1.500 gram.
Layanan ini nantinya secara rutin akan mengunjungi rumah sakit sekitar Jakarta untuk pemeriksaan ROP berikut dengan tim dokter dan alat skrining yang baru ada di RSCM setiap satu minggu sekali.
Dokter spesialis anak dan pakar bayi prematur dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia Dr dr Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K) mengungkapkan pasien ROP yang murni dari RSCM sangat sedikit, yakni dua orang dalam sepuluh tahun terakhir dengan stadium awal yang masih bisa sembuh dengan sendirinya.
Namun, lanjut Rinawati, RSCM banyak mendapat pasien ROP rujukan dari rumah sakit sekitar Jakarta. "Jadi kenapa angka dari luar (RSCM) itu tinggi, mungkin ada sesuatu yang harus diubah," kata Rinawati.
Rita menjelaskan pelayanan Jak-ROP selain melakukan pemeriksaan pada bayi prematur, namun juga memberikan pelatihan pada tenaga kesehatan di rumah sakit yang dikunjungi untuk melakukan skrining ROP dengan alat yang disediakan.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani