tirto.id - Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengumumkan darurat militer di pulau Mindanao menyusul kontak senjata antara 100an pejuang muslim dengan pasukan pemerintah di kota Marawi, pada Selasa (23/5/2017).
Menurut juru bicara kepresidenan Ernesto Abbella, sebagaimana dikutip Aljazeera, Rabu (24/5), darurat militer itu akan berlaku selama 60 hari ke depan. Pengumuman itu disampaikan Ernesto dari Rusia pada hari Selasa lalu saat Duterte melakukan kunjungan resmi selama empat hari di negeri itu.
“Presiden telah mengumumkan darurat militer untuk seluruh pulau Mindanao", kata Abella. "Hal ini dimungkinkan atas dasar adanya pemberontakan," tambahnya.
Karena kejadian di dalam negeri Filipina, Duterter memutuskan untuk memotong jadwal kunjungannya di Rusia. "Presiden merasa bahwa dia dibutuhkan di Manila sesegera mungkin," kata Ernesto.
Duterte bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa malam sampai dengan Kamis seperti yang direncanakan, menurut media pemerintah Rusia.
Presiden Duterte mengatakan, pada hari Rabu, darurat militer bisa bertahan setahun karena dia bersumpah akan menindak tegas pemberontak seperti diktator Ferdinand Marcos akhir.
"Jika butuh waktu setahun untuk melakukannya, jika selesai dalam waktu satu bulan, maka saya akan bahagia," kata Duterte dalam sebuah video yang diposkan oleh pemerintah secara online.
Dua tentara dan satu petugas polisi tewas dalam baku tembak di kota Marawi, 816 km selatan Manila, sementara 12 tentara pemerintah terluka, kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana.
Penyerang tersebut dilaporkan membakar sebuah gereja Katolik, penjara kota, dan dua sekolah, serta menduduki jalan-jalan utama dan dua jembatan menuju kota berpenduduk lebih dari 200.000 orang, Lorenzana menambahkan.
Orang-orang bersenjata juga menduduki balai kota, sebuah rumah sakit yang dikelola pemerintah, dan merupakan bagian dari sebuah universitas, katanya.
"Seluruh kota Marawi sunyi, tidak ada cahaya dan ada sniper-sniper di seluruh kota," kata Lorenzana dalam sebuah konferensi pers di ibukota Rusia, Moskow.
Menurut juru bicara militer Letnan Kolonel Jo-ar Herrer, pertempuran di Marawi dimulai Marawi saat tentara menggerebek sebuah apartemen yang dijadikan pertemuan para militan.
Kelompok Berafiliasi dengan ISIS
Kelompok bersenjata tersebut diduga anggota dua kelompok bersenjata, Abu Sayyaf dan Maute, yang telah berjanji setia kepada Negara Islam Irak dan Levant (ISIL/ISIS).
Dalam serangan tersebut, pasukan keamanan menargetkan Isnilon Hapilon, seorang pemimpin Abu Sayyaf.
Foto yang diunggah di media sosial oleh penduduk Marawi menunjukkan orang-orang bersenjata berkeliaran di kota dengan bendera hitam ISIS.
"Tolong doakan kami di sini," kata Mohammad Abedin, presiden Masyarakat Medis Lanao Del Sur di Marawi. "Kita bisa melihat rumah terbakar dan sekarang kita tidak punya listrik."
Lorenzana mengatakan pasukan tambahan akan dikirim ke Marawi pada hari Rabu.
Panglima militer Jenderal Eduardo Ano mendesak warga Marawi untuk tinggal di dalam rumah saat pertempuran berlanjut.
"Jangan pergi keluar, kunci pintu dan jendela sampai tentara kita membersihkan daerah tersebut," katanya dalam sebuah wawancara dengan sebuah stasiun radio Manila dari Moskow. "Kami memiliki cukup pasukan di lapangan."
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH