Menuju konten utama

Rivalitas Abadi Boca Juniors dan River Plate

Boca Juniors dan River Plate adalah dua tim terbaik di Argentina. Tidak hanya berdasarkan prestasi, rivalitas antara kedua tim tersebut juga berakar dari kultur sosial para pendukungnya.

Rivalitas Abadi Boca Juniors dan River Plate
Leonardo Ponzio dari River Plate, kiri, berjuang untuk bola dengan Carlos Tevez dari Boca Juniors selama pertandingan sepak bola turnamen lokal di Buenos Aires, Argentina, Minggu, 23 September 2018. (AP Photo / Natacha Pisarenko)

tirto.id - 26 Juni 2011. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, setelah 110 tahun, River Plate terjun bebas ke divisi dua liga Argentina. Clarin, salah satu media nasional di Argentina, langsung menyebut bahwa “tidak ada seorang pun, sama sekali tidak ada, yang akan melupakan hari ini”. Ole, media olahraga asal Argentina, juga langsung merespons kejadian langka tersebut dengan cepat. Tak mau kalah dari Clarin, mereka menulis judul menggetarkan: “Sulit dipercaya tapi nyata.”

Segera setelah kejadian tersebut, awan mendung langsung menyelimuti kota Buenos Aires sebelah utara. Suporter River Plate adu gontok dengan polisi huru-hara. Berawal dari Stadion Monumental, bentrokan itu meluas hingga ke penjuru Nunez dan Belgrano. Sementara polisi menembakkan peluru karet hingga menyemprotkan gas air mata, para penggemar River Plate terus melawan dengan membakar apa saja untuk melampiaskan amarahnya. Alhasil: satu orang pendukung River Plate tewas, 55 orang suporter dan 35 polisi harus dibawa ke rumah sakit karena mengalami luka-luka.

Namun, kejadian berlawanan justru terjadi di Distrik La Boca, di Buenos Aires sebelah selatan. Para penggemar Boca Juniors turun ke jalan, bergembira, seolah-olah mereka baru saja menjadi juara liga. Genderang drum terus menggema. Sebuah peti, yang dilengkapi dengan atribut River Plate, diarak keliling kota. Saat itu mereka merayakan degradasi yang dialami River Plate dengan penuh sukacita.

Sekitar 530 hari setelah kejadian itu, tepatnya saat Boca Junior bisa kembali bertanding melawan River Plate di divisi tertinggi liga Argentina, penggemar Boca tak lupa menyanyikan lagu selamat datang: “Naik dan turun/ naik dan turun/ seperti sebuah lift.”

Rivalitas Tiada Akhir

Dalam bukunya yang berjudul Superclasico: Inside The Ultimate Derby, Joel Richard pernah mengisahkan bahwa Eric Cantona, legenda Manchester United, cukup takjub saat menyaksikan laga River Plate melawan Boca Juniors secara langsung. Bekerja membuat dokumentasi untuk salah satu saluran televisi Prancis, Cantona menilai bahwa pertandingan derbi antara dua tim yang berasal dari Buones Aires tersebut memang lain daripada pertandingan derbi lainnya.

“Kami sudah pernah berada di Manchester, Turki, Milan, tapi yang satu ini, seperti apa yang mereka katakan di sini, adalah sebuah pertanyaan tentang vida o muerte (hidup atau mati)," kata Cantona.

Penduduk Argentina memang mempunyai obsesi yang menjadi superlatif dalam segala hal. Mereka akan mengatakan bahwa mereka mempunyai es krim paling enak di dunia, wanita paling cantik di dunia, hingga makanan paling enak di dunia. Namun, di antara semua superlatif itu, pernyataan bahwa pertandingan antara River Plate melawan Boca Juniors merupakan pertandingan paling menarik di dunia barangkali satu-satunya hal yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya --Eric Cantona mengakuinya.

Ada sekitar 13 klub yang berasal dari Buenos Aires. Namun, tidak ada yang lebih populer daripada Boca Juniors maupun River Plate. Bahkan, penggemar mereka mencapai 70 persen dari publik sepakbola Argentina. Alasan Boca dan River Plate bisa menyedot atensi penduduk Argentina pun dapat dimengerti. Sejauh ini, kedua klub tersebut merupakan klub yang paling sering menjadi juara liga. Sementara River Plate berada di peringkat pertama dengan 36 gelar liga, Boca menguntit di peringkat kedua dengan 33 gelar liga.

Yang menarik, persaingan untuk menjadi yang terbaik di Argentina tersebut ternyata bukanlah pemantik utama rivalitas antara Boca dan River Plate. Jauh sebelum itu, kultur sosial pendukung kedua tim tersebut sudah menciptakan kegaduhan. Boca adalah tentang Si Miskin, sementara River adalah tentang Si Kaya.

Boca dan River Plate sebenarnya sama-sama berasal dari Distrik La Boca. Namun, pada tahun 1923 lalu River memilih pindah ke Distrik Nunez yang lebih makmur. Dari situ, penggemar River Plate seringkali meledek para penggemar Boca sebagai Los Puercos (babi), untuk menyindir Distrik La Boca yang miskin, kumuh, dan bau. Penggemar Boca pun tak mau kalah. Mereka menyebut penggemar River Plate sebagai Gallinas (ayam), merujuk dari sikap penakut yang biasanya diperlihatkan oleh orang-orang kaya.

Dengan latar belakang seperti itu, pertandingan antara kedua tim tersebut selalu berlangsung panas. Meski polisi anti huru-hara selalu berjaga-jaga dengan jumlah yang lebih banyak daripada di pertandingan lainnya, gesekan sudah seperti karib dalam pertandingan tersebut. Jika bentrokan antar suporter berhasil dihindarkan, para suporter tak jarang mengintimidasi para pemain lawan. Jika para pemain berhasil diamankan dari para suporter, bentrokan antar para pemain bukan barang langka. Jika semua tampak baik-baik saja, para suporter akan mulai mengganggu para polisi yang sedang berjaga-jaga.

Salah satu kerusuhan terbesar saat River Plate bertanding melawan Boca Juniors terjadi di Stadion Monumental pada 23 Juni 1968 silam. Menurut RSFF, saat itu,untuk merayakan kemenangan, para penggemar Boca Juniors melemparkan kertas yang sudah dibakar ke arah tribun di bawahnya. Para penonton yang berada di tribun bawah lantas lari tunggang langgang. Banyak yang terjatuh sekaligus terinjak-injak. Alhasil: 74 orang meninggal dunia dan 150 orang luka-luka. Kejadian itu kemudian dikenal dengan sebutan “Puerta 12”.

Menurut Gavin Gamilton, editor World Soccer, rivalitas antara Boca dan River Plate merupakan yang paling intens di Argentina atau bahkan di Amerika Latin. “Pertandingannya begitu hidup, bising dan berenergi," katanya. Saking intensnya, kata Gavin, Superclassico antara Boca dan River bisa membuat rivalitas keras lain tampak seperti pertandingan SMA belaka. Ia juga tak lupa menyarankan penggemar olahraga di seluruh dunia, bahwa mereka wajib menonton superclasico barang sekali seumur hidup.

Saran Gavin tersebut ternyata disetujui oleh banyak orang. Sampai sekarang, tak sedikit wisatawan mancanegara yang sengaja datang untuk menyaksikan superclasico. Bahkan, beberapa di antara wisatawan mancanegara tersebut ada yang menjadikan superclasico sebagai agenda tetap untuk ditonton. Sebastian, turis dari Jerman, adalah salah satunya. Hingga tahun 2012 lalu, ia sudah tiga kali datang untuk menonton superclasico.

“Ini gila, benar-benar sebuah pertandingan terbaik di dunia yang harus ditonton. Ada kebencian murni di dalamnya,” tutur Sebastian.

Infografik Superclasico

Superclasico Pertama dalam Final CopaLibertadores

Mulai 2019 nanti, sejak dimulai pada tahun 1960 lalu, Copa Libertadores akan melangsungkan pertandingan final dengan format pertandingan tunggal. CONMEBOL pun -- selaku otoritas tertinggi sepakbola Amerika Latin -- sudah menentukan bahwa Santiago, Chili, akan menjadi tempat dilangsungkannya pertandingan bersejarah tersebut.

Namun, sebelum jauh-jauh berpikir tentang final tahun depan, final musim ini ternyata juga tak kalah bersejarah. Bagaimana tidak, Boca Juniors dan River Plate akan bertemu di partandingan puncak turnamen paling akbar di Amerika Latin tersebut untuk pertama kalinya di dalam sejarah.

Fakta bahwa superclasico menjadi penutup format lama Copa Libertadores memang membuat pertandingan ini ditunggu-tunggu, tetapi ternyata ada fakta lainnya yang barangkali membuat pertandingan ini tidak akan seperti superclasico biasanya. Menurut Ed Maylon, dalam salah satu tulisannya di Independent, Argentina saat ini melarang suporter tandang untuk datang ke pertandingan karena alasan keamanan. Itu artinya, saat bermain kadang, kedua tim akan mendapatkan 100% dukungan dari para pendukungnya. La Bambonera hanya akan menjadi milik penggemar Boca. Pun demikian dengan sebaliknya.

Dengan pendekatan seperti itu, Ramon Abila, penyerang Boca, lantas menyebut bahwa kedua tim memiliki peluang yang sama untuk memenangkan pertandingan. Katanya, “Tidak ada tim favorit dalam pertandingan ini, ini akan menjadi superclasico yang berbeda,”

Boca berhasil lolos ke final setelah mengalahkan Palmeiras 4-2 dalam dua leg. Sementara River Plate, meski secara agregat bermain imbang 2-2 melawan Gremeio, mereka berhak lolos ke final karena unggul gol tandang. Jika tetap berjalan sesuai jadwal, pertandingan leg pertama akan dilangsungkan di La Bambonera pada tanggal 11 November 2018 nanti. Sedangkan pertandingan kedua akan dilangsungkan pada 25 November 2018 di Stadion Monumental.

Karena betapa pentingnya pertandingan ini untuk penggemar Boca dan River Plate, Marca lantas melabeli pertandingan ini sebagai "pertandingan abad ini".

Baca juga artikel terkait SUPERCLASICO atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Nuran Wibisono