tirto.id - Ibu hamil yang terkonfirmasi positif COVID-19 mengalami peningkatan seiring terjadinya gelombang COVID-19. Para ibu hamil termasuk mereka yang bekerja sebagai tenaga kesehatan (nakes) memiliki risiko tinggi, di antaranya harus kehilangan nyawa bersama janin yang ada di dalam kandunganya.
Kasus terbaru terjadi di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Seorang perawat di RSUD Bung Karno Surakarta bernama Diyah Ayu Kusuma Sari meninggal dunia dalam kondisi hamil karena positif COVID-19. Ia meninggal di usia 25 tahun bersama dengan janin 7 bulan yang sedang dikandungnya.
“Dia dulu menangani ICU, IGD, dan bangsal isolasi COVID-19. Tapi kemudian hamil dan saya pindahkan ke bangsal biasa. Iya [saat bertugas di bangsal biasa positif COVID-19],” kata Direktur RSUD Bung Karno Wahyu Indianto saat dikonfirmasi reporter Tirto melalui sambungan telepon, Senin (2/8/2021).
Mendiang Diyah sebelumnya dirawat di RSUD Bung Karno selama beberapa hari. Namun karena kondisinya terus memburuk ia kemudian dirujuk ke RSUD Moewardi dan akhirnya meninggal dunia pada 1 Agustus 2021.
Di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seorang perawat di RS PKU Muhammadiyah Bantul juga meninggal karena positif COVID-19 pada Jumat (29/7/2021). Perawat bernama Eli Lisnawati itu meninggal dalam usia sekitar 30 tahun bersama dengan janin usia 7 bulan yang dikandungnya.
"Awalnya kondisinya baik, tapi kemudian sistem pernapasannya memburuk. Terakhir dirawat di HCU beberapa hari kemudian tiba-tiba kondisinya memburuk terjadi kedaruratan dan akhirnya meninggal dalam posisi hamil dan terpapar COVID-19,” kata Manajer Humas RS PKU Bantul, Wahyu Priyono melalui sambungan telepon, Senin (2/8/2021).
Selain dua nakes di Bantul dan Surakarta itu meninggal, seorang dokter berusia 25 tahun yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Gesti Wira Nugrayekti juga meninggal dunia karena positif COVID-19 usai melahirkan pada 22 Juli 2021.
Dekan Fakultas Kedokteran Unair Budi Santoso mengatakan Gesti meninggal dunia setelah melahirkan bayinya pada 3 Juli 2021. Bayinya lahir secara terminasi (diputuskan lahir sebelum waktunya).
"Dokter Gesti adalah salah satu putra terbaik FK Unair. Beliau baru saja diterima sebagai PPDS Anestesi pada periode Januari 2021. Kami merasakan duka cita yang mendalam. Semoga pengabdiannya selama ini diganjar dengan tempat terbaik di sisi-Nya," kata Budi seperti dilansir dari Antara, Jumat (23/7/2021).
Tingginya Kasus COVID-19 Ibu Hamil
Sejumlah nakes positif yang hamil dan meninggal karena COVID-19 ini seturut dengan data melonjaknya jumlah nakes yang meninggal selama Juli 2021.
Untuk dokter saja, total dari Maret 2020 hingga 27 Juli 2021 sudah ada 598 yang wafat. Dan pada Juli 2021 setidaknya dari tanggal 1 hingga 27 Juli ada 168 dokter yang wafat. Angka itu melonjak lebih dari tiga kali lipat dibandingkan Juni yang terdapat 50 dokter yang meninggal karena COVID-19.
Sedangkan perawat yang meninggal berdasarkan data Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) per 18 Juli 2021 terdapat 445 perawat meninggal akibat COVID-19, termasuk para perawat yang meninggal dalam kondisi hamil.
Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Ari Kusuma Januarto kepada reporter Tirto melalui sambungan telpon, Senin (2/8/2021) mengatakan kasus ibu hamil yang terpapar COVID-19 mengalami peningkatan seiring dengan naiknya kasus COVID-19 secara nasional.
Ari mencontohkan dari data di DKI Jakarta saja dari Januari-Mei 2021 ada 15.000 ibu hamil yang diperiksa total ada 1.639 yang terkonfirmasi positif COVID-19 atau sekitar 11 persen. Sementara data POGI yang hanya dipulkan dari dokter spesialis kandungan mencatat selama April 2020-April 2021 ada 536 ibu hamil yang positif COVID-19.
“Ada data di Kemenkes yang menyatakan angka kematian ibu di Indonesia yang terlaporkan selama 6 bulan terakhir itu 2.279 dan ada 18 persen yang positif COVID-19. Sehingga COVID-19 ini juga menyumbang angka kematian ibu di Indonesia,” kata Ari.
Ari menjelaskan tingginya kasus COVID-19 pada ibu hamil ini tak bisa dipisahkan dengan tingginya kasus secara keseluruhan. Namun, kata dia, memang ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan yang lain, sebab secara imunitas ibu hamil memiliki imunitas yang cenderung menurun.
“Ibu hamil di Indonesia ini cukup membuat daya tahan tubuhnya akan lebih rendah. Buktinya di Indonesia itu ada angka anemia pada ibu hamil 49 persen, ada angka obesitas dan hipertensi pada ibu hamil 15 persen,” kata Ari.
Sehingga memang para ibu hamil ini sudah memiliki satu kondisi, sehingga ketika hamil dan terkena COVID-19 menjadi makin rentan.
Akibatnya selain dapat berujung kematian, para ibu hamil yang terkena COVID-19 belum cukup bulan untuk melahirkan mengakibatkan kondisi ibu yang menurun dan anak terpaksa harus lahir secara prematur.
Vaksinasi Ibu Hamil Perlu Dipercepat
Untuk menekan kasus pada ibu hamil ini, menurut Ari, harus dilakukan upaya pencegahan dari hulu hingga hilir. Pertama, peningkatan testing terhadap ibu hamil harus dilakukan. Karena mereka berisiko, maka testing perlu dilakukan tidak hanya ketika mereka sudah bergejala dan akhirnya terjadi pemburukan cepat dan terlambat ditangani.
Kemudian salah satu pencegahannya adalah dengan vaksinasi, peningkatan vaksinasi pada ibu hamil harus segera dilakukan setelah vaksin COVID-19 secara resmi diperbolehkan diberikan pada ibu hamil.
Persoalan lain yang mesti diatasi, kata Ari, adalah penguatan layanan kesehatan bagi ibu hamil dan anak. Perlu adanya rumah sakit khusus yang dapat menampung mereka saat positif COVID-19 baik itu rumah sakit atau tempat isolasi terpusat. Sehingga kasus-kasus kedaruratan dan kesulitan akses layanan kesehatan bagi ibu hamil dapat tertangani.
Selain itu, dengan risiko yang tinggi pada ibu hamil ini, sebaiknya kata Ari menunda kehamilan terlebih dahulu sampai situasi pandemi merenda.
Makin banyaknya kasus COVID-19 pada ibu hamil ini juga menjadi perhatian Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Terlebih kasus-kasus yang belakangan terjadi menimpa para nakes.
Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada reporter Tirto, Senin (2/8/2021) mengatakan upaya menekan angka kasus COVID-19 pada ibu hamil ini telah dilakukan.
“Kita sudah akan memberikan vaksinasi kepada ibu hamil, kedua ibu hamil kelompok yang rentan jadi harus ketat dalam menjalankan prokes dan kurangi mobilitas,” kata Nadia.
Pun demikian bagi nakes yang hamil, ia meminta agar beban kerja mereka diatur dengan ketat melalui shift kerja yang tidak memberatkan untuk mengurangi risiko terpapar COVID-19.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz