Menuju konten utama

Reuni 212 Kalah Massa dari Ziarah-Ziarah Akbar Seluruh Dunia

Fadli Zon mengklaim Reuni 212 sebagai perhelatan terbesar di Planet Bumi dan lebih ramai dari festival musik Woodstock pada 1969. Benarkah?

Jutaan umat Katolik menyambut Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Manila, Filipina (15/1/18). AP Photo/Aaron Favila

tirto.id - "Saya kira rugilah orang-orang yang tidak datang ke acara itu. Karena itu perhelatan terbesar di Planet Bumi. Lebih ramai dari Woodstock," ucapan itu meluncur dari mulut Wakil Ketua DPR Fadli Zon dikutip dari media daring Detik, Senin (3/12).

Acara yang dimaksud Fadli Zon adalah Reuni 212 yang dipusatkan di area Monumen Nasional (Monas) pada Minggu (2/12). Menurutnya, Reuni 212 lebih ramai dibanding reuni serupa tahun sebelumnya. Ramainya massa yang menghadiri reuni 212 juga dijadikan tolok ukur Fadli Zon untuk membuktikan kedewasaan demokrasi dan ketiadaan niat menggulingkan pemerintahan.

Soal jumlah peserta Reuni 212, Prabowo Subianto saat berpidato di acara tersebut menyebut ada jutaan orang yang hadir. Ketua Pusat Media Reuni 212 Novel Bamukmin memperkirakan tiga juta orang yang hadir. Ketua Panitia Reuni Akbar Mujahid 212 Bernard Abdul Jabbar menyebut lebih dari tujuh juta orang. Sedangkan Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan peserta Reuni 212 hanya sekitar 40 ribu orang saja.

Sementara dari penelusuran dan penghitungan Tirto, jumlah peserta yang berkerumun di Reuni 212 diperkirakan sebanyak 429.431 orang dalam keadaan padat, dan 772.976 orang dalam kerumunan amat padat.

Namun, pernyataan Fadli Zon soal "perhelatan terbesar di planet bumi" dan "lebih ramai dari Woodstock" tak kalah menarik untuk dipelajari dan diteliti lebih seksama.

src="//mmc.tirto.id/image/2018/12/05/tumpah-ruah-massa--mild--nadya.jpg" width="860" alt="Infografik Tumpah Ruah Massa" /

Kerumunan Massa Terbanyak

Woodstock yang disinggung Fadli Zon adalah sebuah festival musik yang dihelat di hamparan tanah peternakan seluas 240 hektare di Bethel, New York, Amerika Serikat pada 1969.

Festival tersebut berlangsung selama tiga hari. Dilansir dari BBC, diperkirakan 400.000 anak muda membanjiri lokasi untuk menyaksikan penampilan penyanyi dan berbagai band seperti Janis Joplin, The Who, Grateful Dead, Canned Heat, Crosby, Stills, Nash & Young, Jimi Hendrix, Joan Baez, dan Ravi Shankar.

Sebenarnya pihak panitia hanya menyediakan 186.000 tiket yang habis terjual. Namun, pada malam pertama, pagar penghalang tiket mulai rusak. Pihak promotor akhirnya mengumumkan semua orang boleh masuk ke area konser. Inilah yang kemudian membuat jumlah massa membludak.

Hujan deras yang mengguyur acara tersebut gagal meredam gairah massa untuk menikmati alunan musik di atas ladang yang berubah menjadi kubangan lumpur itu.

Di luar area konser, kemacetan lalu lintas terjadi sepanjang delapan mil di dekat White Lake. Kepolisian setempat memperkirakan ada satu juta orang yang masih terjebak di jalanan yang tujuannya ingin lokasi acara.

Soal jumlah pengunjung acara musik, Woodstock masih kalah dengan konser penyanyi rock Rod Stewart di Rio de Janeiro, Brasil pada 1994 yang dihadiri sekitar 4,2 juta orang. Konser itu digratiskan dan Guinness Book of Records mencatatnya sebagai konser rock gratis dengan penonton terbanyak di dunia.

Selain Woodstock yang dihadiri oleh ratusan ribu orang, ada banyak perhelatan terbesar yang pernah terselenggara di dunia. Jumlahnya bahkan melebihi massa Reuni 212 dalam berbagai versi sekalipun.

Dihimpun oleh The Telegraph, pernah ada puluhan juta massa berkumpul menghadiri suatu acara. Ziarah Kumbh Mela yang diadakan di negara bagian Uttar Pradesh di India Utara dihadiri sekitar 30 juta peziarah Hindu pada 2013.

Karena banyaknya jumlah massa, ziarah Kumbh Mela yang diadakan setiap 12 tahun sekali itu diakui UNESCO sebagai ziarah keagamaan terbesar di dunia. Populasi rakyat India pada 2013 tercatat sebesar 1,27 miliar jiwa.

Festival Arbain di Irak pada 2017 diperkirakan dihadiri massa hingga 17 juta jiwa. Acara yang dipusatkan di Kota Karbala ini untuk memperingati kematian Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad.

Di India bagian selatan, sekitar 15 juta orang turun ke jalanan Kota Chennai untuk menghadiri pemakaman CN Annadurai, seorang politisi Tamil Nadu pada 1969. Pemakaman ini dicatat oleh Guinness Book of Records pada tahun 1984 sebagai acara pemakaman terbesar di dunia.

Annadurai berjasa menjadikan bahasa Tamil sebagai bahasa resmi India selatan menggantikan bahasa Hindi. Ia adalah menteri pertama negara bagian Tamil Nadu selama 20 hari sebelum akhirnya meninggal dunia. Negara bagian Tamil Nadu sebelumnya bernama Madras.

Pemakaman Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini pada 1989 di Iran juga dibanjiri jutaan orang. Situs resmi Imam Khomeini menyatakan lebih dari 10 juta orang menghadiri pemakaman tokoh revolusi Iran itu di Teheran. Chicago Tribune memperkirakan 2,5 juta orang hadir.

Saat Paus Fransiskus mengunjungi Manila, Filipina pada 2015, ada enam juta orang yang berkerumun menyambut kedatangan Paus. Jumlah ini mengalahkan rekor sebelumnya yang pernah diukir oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1995. Saat itu dalam misa Minggu memperingati Hari Pemuda Sedunia, dihadiri sekitar lima juta orang.

Kerumunan yang jumlahnya lima juta jiwa juga terjadi saat warga Mesir menghadiri pemakaman mantan presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser di Kairo pada 1970.

Tindakan invasi Amerika Serikat ke Irak pada 2003 menggerakkan tiga juta orang turun ke jalanan Kota Roma. Mereka menentang aksi invasi tersebut. Angka tiga juta pernah tercatat di Mekkah, Arab Saudi saat umat Islam menunaikan ibadah haji pada 2012

Revolusi Mesir 2011 mengumpulkan sekitar 500.000 orang yang memadati Alun-Alun Tahrir di Kairo. Mereka menuntut Husni Mubarak lengser dari kursi presiden yang telah didudukinya sejak 1981.

Di Hong Kong pada 2014, lebih dari 100.000 warga berdemonstrasi menuntut hak untuk memilih pemimpin tertinggi Hong Kong tanpa intervensi Beijing. Peristiwa ini dikenal sebagai Gerakan Payung 2014.

Klaim Fadli Zon bahwa Reuni 212 tahun ini adalah perhelatan terbesar di planet bumi rupanya memang berlebihan.

Baca juga artikel terkait REUNI 212 atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf
-->