Menuju konten utama

Respons Mendes Soal Ketimpangan Desa Sejahtera Dibilang Meningkat

Menteri Desa PDTT Eko Putro Sandjojo memberikan tanggapan perihal hasil rilis yang menyebutkan wilayah pedesaan Indonesia makin sejahtera.

Respons Mendes Soal Ketimpangan Desa Sejahtera Dibilang Meningkat
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - Pada Maret 2019, Smeru Institute merilis sebuah studi yang menyatakan selama kurun waktu 2006-2016, wilayah pedesaan Indonesia makin sejahtera.

Bersamaan dengan itu, ketimpangan yang terjadi juga semakin melebar. Beberapa wilayah yang menjadi sorotan terutama adalah Indonesia Timur.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan, peningkatan ketimpangan itu lebih disebabkan karena pengeluaran (spending) masyarakat desa. Menurutnya, orang kaya di desa cenderung lebih mudah membuat sebuah pengeluaran ketimbang masyarakat kota.

Belum lagi menurutnya, dalam status ekonomi yang tergolong kaya di desa, umumnya mereka masih masuk golongan menengah ke bawah bila dibandingkan dengan masyarakat kota.

“Kalau di kota dia pendapatan naik tapi spending belum tentu naik karena nabung dan investasi. Kalau pemilik warung, income naik dia dari nggak punya motor jadi beli,” ucap Eko kepada reporter Tirto saat ditemui usai rapat bersama Komisi V di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (25/3/2019).

Riset yang dipublikasikan Smeru Institute ini menyoroti indikasi bahwa pembangunan ekonomi suatu daerah memang tidak dinikmati oleh semua kelompok secara merata. Beberapa daerah yang menjadi contoh misalnya Papua, Papua Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

Pada sejumlah daerah itu, rata-rata tingkat kemiskinannya turun sekitar 20 persen dari 2007 ke 2016. Namun, tingkat ketimpangan yang diukur melalui rasio ini justru semakin dalam bergerak menuju timpang. Dari berada di rentang 0,2-0,3 menjadi 0,3-0,4 yang berarti ketimpangannya meningkat.

Sejumlah faktor yang diduga menjadi penyebabnya pun terkait dengan rendahnya capaian pendidikan kelompok termiskin di pedesaan, dominasi kelompok terkaya dalam penguasaan lahan pertanian, pembangunan infrastruktur fisik yang lebih tersebar di desa maju, serta persoalan primodialisme yang berkaitan dengan konflik sosial.

Menanggapi hal itu, Eko mengatakan, data terakhir memang menunjukkan ketimpangan memang terus naik hingga 2017. Namun, ia mengklaim bahwa ketimpangan sudah turun lantaran ia menilai pengeluran masyarakat sudah mulai diatur untuk hal-hal yang lebih produktif.

“Begitu income per kapita naik, gini rasio naik sampai 2017. Tapi 2018 sudah turun lagi. Artinya yang beruang, kekayaannya gak buat spending lagi tapi buat yang produktif,” ucap Eko.

Baca juga artikel terkait KETIMPANGAN KEKAYAAN atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dhita Koesno