Menuju konten utama

Respons DPP Golkar Saat Yorrys Tuding Airlangga Gagal Pimpin Partai

Yorrys Raweyai mengklaim ada suara dari kader Golkar di daerah yang ingin mempercepat pergantian kepemimpinan.

Respons DPP Golkar Saat Yorrys Tuding Airlangga Gagal Pimpin Partai
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memberikan pernyataan jelang Pilkada serentak di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Senin (25/6/2018). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

tirto.id - Ketua Bidang Ormas DPP Golkar Sabil Rachman merespons klaim politikus senior Golkar, Yorrys Raweyai, yang menyebut ada suara dari kader partai di daerah yang ingin mempercepat pergantian kepemimpinan. Alasannya, kepemimpinan Partai Golkar di masa Ketua Umum Airlangga Hartarto dianggap tidak berhasil.

Sabil mempertanyakan dalam kapasitas apa Yorrys mengeluarkan pernyataan seperti itu. Pasalnya, Yorrys sendiri sudah tak aktif sebagai pengurus DPP Golkar.

"Pak Yorrys bicara itu dalam kapasitas [sebagai] apa? Sekarang [dia] anggota DPD dan sudah mundur dalam kepengurusan [DPP Golkar], serta tidak punya hak suara," kata Sabil lewat rilis yang diterima wartawan Tirto, Selasa (25/6/2019) siang.

“Yorrys jangan asal bicara, dia harus menunjukkan aturan yang melarang atau tidak membolehkan atau membatasi periodisasi jabatan ketua umum,” lanjut Sabil.

Sabil mengatakan, kepengurusan Golkar yang dipimpin Airlangga Hartarto masih kelanjutan tanggung jawab dan amanah hasil dari Munas Bali Desember yang memilih Aburizal Bakrie dan karena itu maka sesuai AD/ART Kepengurusan 5 tahun maka baru berakhir bulan Desember 2019

"Atas dasar itulah, maka pandangan ini sungguh-sungguh selain tidak punya dasar berpikir yang kuat, juga [tidak] demokratis karena cenderung memaksakan kehendak," kata Sabil.

Sabil mengatakan, sampai saat ini belum ada aturan organisasi yang membatasi periode jabatan ketua umum. Ia menilai hal tersebut mungkin bisa diusulkan dalam Munas Desember mendatang bahwa seluruh pimpinan Golkar pada semua tingkatan baik Ketua Umum pada tingkat DPP, ketua pada tingkat Prov/Kab dan Kota cukup maksimal 2 (dua) kali dengan catatan punya prestasi terukur.

"Sebagai calon anggota DPD maka sebaiknya Pak Yorrys lebih fokus persiapkan diri mengemban tugas sebagai anggota DPD terpilih jangan masuk pada wilayah partai lagi," katanya.

Sebelumnya, politikus senior Partai Golongan Karya (Golkar), Yorrys Raweyai mengklaim ada suara dari kader partai di daerah yang ingin mempercepat pergantian kepemimpinan. Alasannya, kepemimpinan Partai Golkar di masa Ketua Umum Airlangga Hartarto dianggap tidak berhasil.

"Sukses dari mananya?" kata Yorrys saat dihubungi wartawan, Senin (24/6/2019).

Menurut Yorrys, kekecewaan para kader Partai Golkar karena suara partai berlambang pohon beringin itu jauh berkurang dibanding dengan 2014 silam.

"Perolehan ini kan menurun dan ini sudah wacana di mana-mana, kekecewaan dan evaluasi," kata Yorrys lagi.

Sebab lain, Yorrys merasa Airlangga terlalu sibuk menjalankan tugas sebagai Menteri Perindustrian sehingga tidak fokus menggenjot suara partai.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto juga mempunyai dua jabatan, yakni juga merangkap sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.

Menurut Yorrys, hal ini harus diubah. Dua jabatan yang dipegang seorang ketua umum di partai, termasuk Golkar merupakan salah satu hal yang membuat tak fokus untuk mengurus Partai Golkar.

Baca juga artikel terkait PARTAI GOLKAR atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Politik
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Alexander Haryanto