Menuju konten utama
Seri Literasi Digital

Resep Cuan Lewat Konten Digital: Fokus Tujuan & Target Market

Konten yang viral dengan views ramai belum tentu mencerminkan kesuksesan content creator. Pastikan juga kamu punya target warganet yang tepat!

Resep Cuan Lewat Konten Digital: Fokus Tujuan & Target Market
Header Diajeng Seri Monetisasi Konten. tirto.id/Quita

tirto.id - Baca artikel bagian pertama dari Seri Literasi Digital berjudul “Monetisasi Konten, Siapa Takut? Ayo Mulai dari Sekarang!" di tautan berikut!

Monetisasi konten mungkin terdengar seperti percobaan bisnis yang menakutkan dan serba tidak pasti, terutama bagi kamu yang belum terbiasa dengan dunia digital yang super dinamis.

Meski begitu, kamu tak perlu khawatir! Ilmu tentang monetisasi konten dapat diakses melalui berbagai sumber di internet, termasuk dari pakar dunia perkontenan.

Content Strategist dan Content Creator Victoria Wong atau biasa dipanggil Vicky, punya cara pandang menarik tentang berbisnis konten digital di media sosial.

“Prinsip sosial media memang agak berbeda dengan jualan produk dropship atau reseller di mana kita mencari produk yang sedang trending, terus kita menjualnya,” ujar perempuan yang biasa disapa Vicky ini.

“Tapi kalau prinsipnya konten adalah kita selalu memikirkan sesuatu yang kita bangun untuk jangka panjang. Kita harus menabur dulu baru kita menuai.”

Vicky meneruskan, “Langkah pertama yang harus dilakukan, kita harus menabur dengan membuat konten yang menarik banyak orang atau follower yang sesuai dengan tujuan kita. Jadi di awal, kita tahu tujuan kita mau ke mana.”

“Sebagai contoh, tujuan akhir kita adalah saya mau membangun bisnis dari rumah yang seperti ini untuk membantu menghidupi keluarga dengan income sekian per bulan. Konten dapat membantu kita mencapai tujuan akhir itu.”

Pendeknya, kita bukan sekadar memproduksi konten agar viral atau ramai diperbincangkan, namun juga yang dapat menarik audience yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan itu.

Vicky, yang juga Founder Start Your Content Academy (SYCA)—platform e-learning yang sudah membantu lebih dari 18.000 anggota untuk membangun dan mengembangkan brand melalui konten media sosial—mencontohkan salah satu anggotanya.

“Misalnya, member-ku mbak Indah, pemilik akun umisehat. Ia jualan jamu dari rumah. Nah, apakah untuk bisa viral ia butuh membuat konten joget-joget atau konten humor atau apa?”

Vicky melanjutkan, “Bisa jadi memang bisa viral tapi pada kenyataannya tidak membuat orang-orang tertarik dengan minuman jamunya. Maka, konten yang harus ia buat adalah edukasi resep minuman jamu, seputar kesehatan, minuman herbal, dan berbagi info tentang ramuan jamu herbal alami untuk menarik orang-orang yang berminat seputar hal itu.”

Header Diajeng Seri Monetisasi Konten

Header Diajeng Seri Monetisasi Konten. foto/istockphoto

Setelah menentukan tujuan akhir, kita baru bisa mencoba langkah kedua: membangun hubungan.

Selama ini, kita cenderung fokus pada upaya mengejar follower baru sampai-sampai terlupa merawat hubungan yang sudah ada sebelumnya dengan orang-orang lama.

Apabila kita tidak melakukan engagement dan tidak mengajak follower berinteraksi, baik itu melalui story atau DM, unggahan kita bisa jadi akan diabaikan oleh follower lama.

Efeknya, pada saat kita mengunggah konten berikutnya, bisa jadi respons dari follower semakin sepi.

Padahal, interaksi dengan follower pada menit-menit pertama setelah mengunggah konten di Instagram atau media sosial lainnya sangatlah menentukan.

“Kalau mereka mendeteksi follower kita sendiri saja tidak meramaikan, nah mereka akan berpikir follower sendiri saja tidak ramai, bagaimana mereka akan “melempar” konten kita ke orang-orang di luar follower? Dari situlah konten kita terhambat menjangkau follower baru. Jadi pararel efeknya. Mencari follower baru harus disertai dengan menjaga hubungan dengan yang sudah ada,” terang Vicky.

Langkah ketiga, perkenalkan atau edukasikan kepada follower tentang produk atau jasa kita—bisa juga dengan sistem affiliate sebagai solusi bagi masalah follower atau audience kita.

Kemudian, bagaimana strategi membuat konten agar viral sehingga kelak dapat dimonetisasi?

Vicky menjelaskan lebih lanjut, “Cari tahu definisi viral atau sukses kita itu seperti apa. Kalau viral tapi tidak mencapai tujuan kita dan malah menarik orang-orang yang salah, buat apa? Pada akhirnya tidak bisa dimonetisasi.”

“Contoh lain, banyak sekali content creator—mereka sekadar viral, views ramai, dan berpikir sudah berhasil. Padahal pada kenyataannya, mereka men-DM saya, ‘Wah, saya jualan baju, saya coba jualin brand endorsement tapi kok follower tidak tertarik ya? Kok tidak laku, ya?’ Nah, ini balik lagi karena mereka menarik audience yang salah, yang tidak bisa dimonetisasi.”

Sesuai penjelasan Vicky, kita perlu menentukan tujuan untuk mengukur matriks kesuksesan—dan tentunya orang-orang seperti apa yang mau kita tarik dari konten yang sudah dibuat.

Header Diajeng Seri Monetisasi Konten

Header Diajeng Seri Monetisasi Konten. foto/istockphoto

Setelah kamu tahu definisi tujuan dan audience-mu seperti apa, buatlah konten spesifik yang sesuai.

Kuncinya satu: niche. Tentukan niche atau audience yang spesifik. Kenapa? Realitasnya, baik secara algoritma maupun persaingan sekarang, yang lebih spesifik di awal cenderung lebih cepat melejit.

Apakah konten tidak bisa dibuat secara umum? Sebenarnya bisa-bisa saja, namun kemungkinan dampaknya tidak akan sedahsyat yang sifatnya spesifik sejak awal.

“Seperti mbak Indah tadi, awalnya membuat konten yang ditujukan untuk kesehatan semua orang. Tidak pernah naik-naik sampai gonta-ganti lima akun,” cerita Vicky tentang anggotnya.

“Hingga di akun yang terakhir, ia mengubah kontennya lebih spesifik dari kesehatan secara umum menjadi wanita muslimah yang ingin menyelesaikan masalah kewanitaannya dengan jamu herbal alami. Produknya lebih dispesifikkan, cara membuat kontennya juga spesifik membahas tentang resep-resep jamu,” lanjut Vicky.

Setelah sekian tahun stuck dan gonta-ganti akun, di akun terakhirnya Indah dapat mencapai 131 ribu follower—pencapaian hanya dalam kurun dua bulan.

Ketika ia merilis produknya, views dapat menembus 21 juta per hari. Dengan membuat kontennya spesifik, Indah jadi lebih mudah menjangkau market.

Strategi selanjutnya untuk membuat konten agar viral sehingga kelak dapat dimonetisasi, kita perlu mengerti cara membuat konten yang tidak hanya menarik dan ramai saja, namun juga mampu mengubah follower menjadi klien atau customer.

Dalam konteks ini, konten misalnya disampaikan dengan teknik soft selling atau storytelling.

Kita perlu mengerti cara mengemas konten, porsi konten mana yang dibuat hard selling atau dijual secara langsung, atau kapan saatnya kita soft selling atau menggunakan teknik storytelling atau cerita di dalamnya.

Pendeknya, kemaslah pesanmu dalam sebuah cerita.

Semoga bekal info untuk memonetisasi konten media sosial ini bikin kamu semakin semangat untuk mencoba, ya! Jangan ragu, mulai saja dulu dan perbanyak kontenmu dengan peralatan secukupnya. Kamu pasti bisa!

Baca juga artikel terkait DIAJENG atau tulisan lainnya dari Glenny Levina

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Glenny Levina
Penulis: Glenny Levina
Editor: Sekar Kinasih