Menuju konten utama

Reporter NHK Jepang Meninggal Usai Dipaksa Lembur 159 Jam

Miwa Sado, yang bekerja di kantor pusat NHK di Tokyo, lembur selama 159 jam dan hanya libur dua hari dalam sebulan. Ia gagal jantung karena terpaksa kerja lembur.

Reporter NHK Jepang Meninggal Usai Dipaksa Lembur 159 Jam
ilustrasi kerja lembur. FOTO/Istimewa

tirto.id - Jepang lagi-lagi dipaksa untuk meninjau ulang budaya kerjanya setelah inspektur ketenagakerjaan memutuskan bahwa kematian wartawan perempuan berusia 31 tahun dimedia penyiaran publik negara, NHK, disebabkan oleh kerja paksa.

Miwa Sado, yang bekerja di kantor pusat NHK di Tokyo, mencatat waktu lembur selama 159 jam dan hanya libur dua hari dalam sebulan, demikian dilaporkan The Guardian, Kamis (5/10/2017). Kondisi itu menyebabkan wanita itu mengalami gagal jantung pada Juli 2013 yang berujung pada kematiannya.

Sebuah kantor standar tenaga kerja di Tokyo kemudian menghubungkan kematiannya dengan karoshi atau kematian karena kerja paksa, namun kasusnya hanya diumumkan oleh mantan atasannya minggu ini.

Kematian Sado diperkirakan akan meningkatkan tekanan pada pihak berwenang Jepang untuk menangani sejumlah besar kematian yang dikaitkan dengan jam-jam lembur lama, yang banyak dialami karyawan.

Pengumuman penyebab meninggalnya Sado dikeluarkan setahun setelah keputusan serupa mengenai kematian seorang karyawan muda di agen periklanan Dentsu. Matsuri Takahashi berusia 24 tahun saat dia bunuh diri pada April 2015.

Hal ini lantas mendorong perdebatan nasional mengenai sikap Jepang terhadap keseimbangan kehidupan kerja dan peringatan untuk membatasi waktu lembur.

Pejabat standar ketenagakerjaan memutuskan bahwa kematian Takahashi disebabkan oleh stres karena jam kerja yang panjang. Takahashi telah bekerja lebih dari 100 jam saat lembur selama berbulan-bulan sebelum kematiannya.

Minggu sebelum dia meninggal pada hari Natal 2015, dia memasang status di media sosial: "Saya ingin mati." Sementara pesan lainnya berbunyi: "Saya hancur secara fisik dan mental."

Perdebatan kasus ini memaksa Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk menangani budaya tempat kerja yang sering memaksa karyawan lembur guna menunjukkan dedikasinya. Padahal hanya sedikit bukti bahwa kultur kerja tersebut meningkatkan produktivitas.

Pemerintah mengusulkan untuk mengenakan lembur bulanan maksimal 100 jam dan menjatuhkan sanksi bagi perusahaan yang membuat karyawan bekerja melampaui batas, tindakan yang menurut para kritikus masih menempatkan pekerja dalam risiko.

Dalam laporan resmi pertamanya tahun lalu soal karoshi, pemerintah mengatakan satu dari lima karyawan berisiko meninggal karena kerja paksa.

Lebih dari 2.000 orang Jepang bunuh diri karena stres yang berhubungan dengan pekerjaan sampai Maret 2016, menurut pemerintah. Sementara itu, puluhan korban lainnya meninggal karena serangan jantung, stroke, dan kondisi lainnya akibat menghabiskan terlalu banyak waktu di tempat kerja.

Menurut laporan tersebut, 22,7% perusahaan yang disurvei antara Desember 2015 dan Januari 2016 menyatakan bahwa beberapa karyawan mereka mencatat waktu lembur lebih dari 80 jam setiap bulan. Angka jam kerja ini mulai menimbulkan risiko serius terhadap kesehatan.

Penelitian menunjukkan bahwa karyawan Jepang bekerja lebih lama daripada rekan mereka di AS, Inggris, dan negara maju lainnya. Karyawan Jepang rata-rata menggunakan 8,8 hari cuti tahunan mereka pada tahun 2015, kurang dari setengah uang saku mereka, menurut kementerian kesehatan.

Miwa Sado adalah seorang reporter politik yang bertugas meliput pemilihan majelis Tokyo dan pemilihan majelis tinggi nasional pada Juni dan Juli 2013. Dia meninggal tiga hari setelah pemilihan majelis tinggi digelar.

Masahiko Yamauchi, seorang pejabat senior di kantor berita NHK, mengakui bahwa kematian Sado menggambarkan "masalah keseluruhan perusahaan, termasuk sistem ketenagakerjaan dan cara sebuah pemilihan umum diliput."

Yamauchi mengatakan NHK telah menunggu tiga tahun mengumumkan pada publik sebab kematian Sado untuk menghormati keluarganya, menurut berita Kyodo.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan melalui NHK, orang tua Sado mengatakan: "Bahkan sampai hari ini, empat tahun berlalu, kami tidak dapat menerima kematian putri kita sebagai kenyataan. Kami berharap kesedihan keluarga tidak akan sia-sia."

Baca juga artikel terkait JAM KERJA KANTOR atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari