tirto.id - Liga Inggris terus bergulir, ketika kompetisi di negara-negara lain diliburkan untuk merayakan Natal. Kesebelasan-kesebelasan Premier League terus bertanding, dan menjadi hiburan yang selalu dinantikan oleh pemirsa di penjuru dunia.
Namun, di tengah meriahnya pertandingan-pertandingan Boxing Day di Liga Inggris, ada sejarah yang dikorbankan.
Terdapat rekor yang diukir dan drama yang terjadi ketika kesebelasan-kesebelasan Liga Inggris bertanding sehari setelah Natal. Dan, bagi penggemar, menyaksikan Boxing Day Liga Inggris, merupakan hadiah Natal yang selalu ingin mereka lihat di tanggal 26 Desember.
Olly Ricketts, salah anggota jurnalis The Trust Project, menulis bahwa Liga Inggris musim 1963/1964 memiliki sejarah yang tak boleh dilewatkan ketika membicarakan Boxing Day. 10 pertandingan yang digelar sehari setelah Natal 1963 menghasilkan 66 gol. Jumlah gol tersebut merupakan yang terbanyak dalam satu pekan dalam sejarah Liga Inggris.
Dalam pekan tersebut, sang juara Liga Inggris 1961/1962 Ipswich Town dibantai Fulham dengan skor 10-1. Pemuncak klasemen sementara Liga Inggris saat itu, Blackburn Rovers tumbang 8-2 atas West Ham, dan Liverpool, mengalahkan Stoke City dengan skor 6-0.
Di pekan tersebut, pertandingan yang paling sedikit menghasilkan gol adalah duel Leicester City vs Everton, yang berakhir dengan skor 2-0. Uniknya, penggemar Leicester City tetap kecewa meski timnya menang, karena pertandingan yang mereka saksikan paling sedikit menghasilkan gol.
Rekor Gol yang Tercipta di Era Premier League
Ketika Divisi Utama Liga Inggris, berganti nama menjadi Premier League pada musim 1992/1993, tradisi Boxing Day tetap dilestarikan. Namun, seiring berkembangnya industri sepak bola, penyelenggaraannya tidak dilakukan secara serentak di tanggal 26 Desember atau sehari setelah Natal. Musim lalu, Boxing Day berlangsung dari 26-27 Desember waktu Inggris.
Sementara itu, berbicara rekor-rekor yang tercipta di era Premier League, terdapat 2 laga Boxing Day yang menghasilkan 10 gol, yakni duel Tottenham vs Reading di musim 2007/2008 yang berakhir 6-4, dan Arsenal vs Newcastle pada musim 2012/2013 dengan skor 7-3.
Dua pertandingan tersebut menjadi laga Boxing Day yang paling banyak menghasilkan gol di era Premier League. Sementara untuk tim yang mencatat kemenangan tandang terbesar di laga Boxing Day adalah Manchester United. The Red Devils yang bertandang ke Stadion Boundary Park di musim 1993/1994, mampu menumbangkang tuan rumah Oldham Athletic dengan skor 2-5.
Boxing Day Semakin Jauh dari Tujuan Awalnya
Namun, banyaknya rekor yang tercipta dan semakin meriahnya pertandingan-pertandingan Liga Inggris yang berlangsung di tanggal 26 Desember, membuat banyak orang mulai melupakan sejarahnya. Dikutip dari Sejarah Boxing Day Liga Inggris: Agar Liburan Natal Tak Jauh Lagi, yang terbit di Tirto pada 26 Desember 2018, Boxing Day di Liga Inggris pada awalnya bertujuan untuk membuat masyarakat Inggris tidak liburan terlalu jauh dari rumah.
Pada 26 Desember 1860, Federasi Sepak Bola Inggris (FA), sengaja menggelar laga derby, antara Sheffield FC melawan Hallam FC. Pada perkembangannya, laga-laga digelar pada tanggal 26 Desember tidak selalu mempertemukan dua tim yang berada satu kota, tetapi dengan tim dari kota lain yang jaraknya tidak begitu jauh.
Akan tetapi, seiring berkembangnya industri sepak bola di Inggris dalam beberapa dekade terakhir, membuat Boxing Day mulai melenceng dari tujuan awal. Banyak penggemar klub Inggris di era sekarang, yang harus merayakan Natal ratusan kilometer dari rumah mereka, demi menyaksikan tim kebanggaan mereka bertanding sehari setelah Natal.
Penggemar Liverpool misalnya, pada Boxing Day 2019 harus menempuh jarak 191 km untuk mendukung timnya secara langsung saat menghadapi Leicester City. Bahkan, mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk menyaksikan tim kebanggaan, karena minimnya moda transportasi yang beroptasi di tanggal 26 Desember 2019.
Dilansir dari Guardian, kelompok suporter Liverpool, Spririt of Shankly, memprotes jadwal pertandingan The Reds di laga Boxing Day, yang dianggap terlalu malam. Liverpool akan bertandang ke markas Leicester City pada 26 Desember 2019, dengan waktu kick off dimulai pukul 20.00 waktu Inggris.
“Tidak ada layanan kereta api nasional yang beroprasi pada 26 Desember, dan transportasi umum lokal kemungkinan akan berkurang jumlahnya - dan berpotensi tidak ada sama sekali pada saat pertandingan selesai [pukul 23.45 waktu Inggris]. Kedua kelompok suporter [dari Leicester dan Liverpool] akan kesulitan untuk menuju dan meninggalkan stadion," tulis pernyataan kelompok suporter Liverpool tersebut dikutipGuardian.
Protes pendukung Liverpool tersebut didasari oleh perubahan jadwal pertandingan yang dilakukan oleh FA. Awalnya, pertandingan Leicester vs Liverpool akan digelar pada pukul 15.00 waktu Inggris. Namun, jadwal tersebut sengaja diubah untuk mengakomodasi siaran Amazon Prime, sebagai pemegang utama siaran Liga Inggris.
Selain pertandingan Leicester vs Liverpool, laga lain yang dijadwal ulang demi mengakomodasi siaran Amazon Prime adalah Wolverhampton Wanderes vs Manchester City. Duel tersebut bahkan diundur satu hari, yang langsung diprotes oleh pelatih Manchester City, Pep Guardiola.
"Saya telah menulis surat ke Premier League untuk mengucapkan terima kasih [menyiindir peubahan jadwal]," kata Pep Guardiola, dikutip BBC.
Akibat perubahan jadwal, para pemain The Citizens hanya memiliki waktu 44 jam 45 menit untuk menghadapi pertandingan berikutnya, menghadapi Sheffield United. Kondisi itu pun diprediksi akan sangat menguras fisik pemain, dan berpotensi menimbulkan cedera.
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Nur Hidayah Perwitasari