Menuju konten utama

Rebranding Twitter Jadi X, Elon Musk Pertaruhkan Miliaran Dolar

Elon Musk memutuskan melakukan evolusi drastis dalam rebranding Twitter menjadi X. Namun ini berpotensi menurunkan valuasi merek hingga miliaran dolar AS.

Rebranding Twitter Jadi X, Elon Musk Pertaruhkan Miliaran Dolar
Ilustrasi perjalanan perubahan logo Twitter. tirto.id/Ecun

tirto.id - Benih Twitter tumbuh pada 2005. Ia muncul di tengah keresahan Evan Williams, Biz Stone dan Noah Glass tentang masa depan Odeo, perusahaan podcasting di Amerika Serikat yang mereka bangun sejak 2004. Ketiga lelaki itu gelisah tatkala iTunes, peranti lunak dari Apple Inc., turut menyertakan fitur serupa di dalamnya.

Bagi Evan cs, kabar itu adalah petir di siang bolong. Bersaing dengan korporasi teknologi multinasional tentu pilihan konyol bagi perusahaan startup seumur jagung seperti Odeo. Di tengah kecemasan inilah secercah harapan muncul. Pada sesi brainstorming, karyawan mereka yang bernama Jack Dorsey menyampaikan ide yang terbilang asing namun unik.

Jack membayangkan suatu layanan pesan singkat yang tak sekadar berfungsi sebagai wadah komunikasi, namun juga bisa menjadi media untuk mengungkapkan dan meng-update status apa saja oleh penggunanya setiap waktu. Konon, ide ini awalnya tidak menarik bagi Evan dan Biz. Tapi naluri Noah berkata lain.

“Oh, saya melihat bagaimana ini benar-benar bisa digabungkan untuk membuat sesuatu yang sangat menarik,” kenang Noah saat melayani wawancara eksklusif Insider pada 2011.

Evolusi Twitter

Bersama Jack dan Florian Weber, Noah mulai bekerja dan mengusulkan Twttr sebagai namanya. Namun menurut Nick Bilton dalam buku berjudul Hatching Twitter: A True Story of Money, Power, Friendship, and Betrayal (2013), sempat ada tiga opsi yang tersedia. Yaitu Twitch, Smssy, dan Friendstalker. Tapi pilihan jatuh pada kata Twttr.

Kala itu, tipe logonya wordmarks, yakni berupa susunan huruf t, w, t, t, R yang ditulis menyambung dengan perpaduan warna hijau dan disisipi gelembung-gelembung kecil di setiap bagian. Setelah pembenahan demi pembenahan, para pendiri sepakat menambahkan huruf vokal i dan e sehingga jadilah ia Twitter.

Linda Gavin, seorang desainer asal Swedia, adalah sosok di balik logo pertama Twitter. Suatu ketika, Noah menghubungi dan memintanya memberikan sentuhan pada wajah media sosial yang baru mereka rintis. Linda punya waktu tiga hari dan dia menawarkan 20 pilihan bentuk. Noah pun tertarik pada satu di antaranya.

Logo itu masih tetap mengusung konsep wordmarks. Tapi warna yang dipilih kali ini adalah dodger blue dengan font sans serif halus, membulat dan menyatu. Terdapat garis tepi berwarna putih sehingga menciptakan efek seperti gelembung, kesan yang juga ada pada logo Twttr. Tampilan baru itu menambah obsesi Noah.

Setelah dipercaya sebagai penanggung jawab proyek, Noah mulai merayu Evan agar memisahkan Twitter dari Odeo dan berencana menjadikan itu sebagai perusahaannya. Tapi ternyata Evan juga punya hasrat. Ia mulai bosan dengan Odeo sehingga membelinya – termasuk Twitter – dari investor. Evan lalu mengubah nama perusahaan menjadi Obvious.

Dari sinilah nasib malang menghampiri Noah yang sudah mati-matian berjuang. Usai mengantongi kuasa penuh, Evan memecatnya. Sedangkan Jack dan Biz tetap dipertahankan dalam Obvious. Pada 15 Juli 2006, versi lengkap Twitter dirilis ke publik dan selanjutnya dipisahkan dari Odeo. Twitter resmi menjadi entitas sendiri pada April 2007.

Selepas Noah dipecat, Jack ditunjuk menjabat chief executive officer atau CEO. Twitter memeroleh putaran pendanaan awal senilai USD20 juta yang dipimpin oleh investor legendaris Fred Wilson dari Union Square Ventures. Penggalangan funding putaran kedua menyertakan CEO Amazon Jeff Bezos. Berikutnya, Bijan Sabet dari Spark Capital ikut bergabung.

Pada Februari 2009, Twitter mengumumkan putaran pendanaan Seri C senilai USD35 juta dengan valuasi USD250 juta. Aksi ini menarik sejumlah investor seperti Peter Fenton dari Benchmark Capital dan Todd Chaffee dari Institutional Venture Partners. Twitter pun tumbuh pesat berkat basis pengguna yang terus berkembang.

Jumlah tweet melonjak drastis. Bahkan sederet selebriti maupun politikus populer seperti Britney Spears hingga Barack Obama juga mengunduhnya. Pada 2009, Twitter dinobatkan sebagai jejaring sosial dengan pengguna terbanyak kedua di dunia. Seiring pencapaian ini, perusahaan menambahkan sedikit sentuhan baru pada bagian logo.

Pada 2010, Twitter menampilkan ikon burung biru yang dijuluki Larry Bird – diambil dari nama atlet basket – pada bagian ujung logo. Grafis dasarnya dulu dibeli oleh perusahaan dari iStock seharga USD15, lalu didesain ulang oleh Biz Stone yang menambahkan bagian sayap. Proses ini dibantu oleh desainer Philip Pascuzzo dan Douglas Bowman.

Perkembangan pesat pengguna Twitter terlihat di ajang FIFA World Cup berlangsung pada 2010. Koresponden The New York Times Claire Cain Miller mencatat ada 2.940 tweet per detik dalam pertandingan Jepang vs Kamerun. Tak berhenti di situ, jumlah tweet selanjutnya mencapai 3.283 per detik saat Jepang melawan Denmark.

Dua tahun berselang, logo Twitter kembali bermetamorfosis. Sejak 2012, perusahaan menghilangkan kata Twitter sehingga hanya menyisakan ikon burung. Desainnya disempurnakan oleh Martin Grasser, alumnus ArtCenter College of Design, California. Ia juga memberi perubahan pada warna biru sehingga terlihat lebih segar.

Pada tahun yang sama, Twitter telah memiliki 140 juta pengguna dan 340 juta tweet per hari, menurut The Business Model Analyst. Tahun berikutnya, Twitter mulai go public dan melantai di bursa New York Stock Exchange dengan kode $TWTR. Mereka juga mengakuisisi sejumlah layanan seperti Crashlytics, Trendrr, dan MoPub.

Infografik Rebranding yang merugikan

Infografik Rebranding yang merugikan. tirto.id/Ecun

Twitter Bukan Lagi Sekedar Cuitan

Logo Twitter berupa burung biru terus bertahan sampai orang terkaya di dunia, Elon Musk, datang membawa segepok uang. Drama panjang sempat terjadi sebelum Bos Tesla itu benar-benar membelinya seharga USD44 miliar atau setara Rp666 triliun (kurs Rp15.152 per USD) pada Oktober 2022. Kini, ia membuat gebrakan baru.

Pada Juli 2023, Twitter resmi berubah penampilan. Tidak ada lagi burung biru yang sudah menemani Tweeps selama 13 tahun. Mereka menggantinya jadi logo menyerupai huruf X bernuansa hitam dengan garis putih. Seperti beberapa keputusan sebelumnya, Elon menyulut pro dan kontra. Banyak yang setuju dan tak sedikit pula yang kecewa.

Namun, bukan Mr Musk namanya jika melangkah tanpa perhitungan. Ia membutuhkan perubahan ini demi menghapus citra Twitter yang lekat dengan kemampuan 140 karakter huruf – sempat ditambah jadi 280. Elon ingin menciptakan “aplikasi segalanya”. X juga merepresentasikan induk Twitter saat ini, X Corp, anak perusahaan X Holdings Corp.

Sejak berkuasa penuh di Twitter, Elon mengapungkan janji prinsip freedom of speech kepada pengguna media sosial tersebut. Karena itu, ia melakukan perombakan besar, sebab kebebasan bicara tak mampu ditampung oleh kapasitas huruf 140 atau 280 karakter. Elon memastikan hampir semua hal kelak bisa diunggah.

Melalui perubahan ini, anak buah Elon akan bekerja keras menciptakan suguhan-suguhan baru di mata pengguna Twitter. Mereka akan menawarkan penambahan durasi unggahan video hingga memudahkan penggunanya untuk mengelola sisi finansial, seperti fitur pemesanan online, pembayaran dan perbankan.

“Pada bulan-bulan berikutnya, kami akan menambahkan comprehensive communications dan kemampuan untuk menjalankan seluruh dunia keuangan Anda. Nama Twitter tidak masuk akal dalam konteks tersebut, jadi kami harus ucapkan selamat tinggal pada burung itu,” tulis Elon menjawab tweet jurnalis, Selasa (25/7/2023).

Terlepas dari itu, sebagian kalangan pesimistis dengan langkah Elon. Dalam hal ini, dia mempertaruhkan nilai uang yang tidak sedikit sekalipun ketebalan kantongnya sudah tak diragukan lagi. Hingga Agustus 2023, Forbes tetap menempatkan Elon sebagai orang terkaya di dunia dengan harta bersih mencapai USD241,3 miliar.

Rebranding: Untung vs Buntung

Merek Twitter sudah melekat di ingatan banyak orang, sehingga bisa dihargai USD4 miliar-USD20 miliar. Tapi perubahan logo berpotensi menghanguskan itu semua. Di mata sejumlah agensi, valuasi merek Twitter tergolong tinggi.

Menurut Bloomberg, Brand Finance menghargainya USD4 miliar atau setara Rp60 triliun. Sedangkan Universitas Vanderbilt memperkirakan mulai dari USD15 miliar hingga USD20 miliar.

Nilai Twitter sebanding dengan aplikasi lain seperti Snapchat. Tetapi harganya masih di bawah valuasi merek Facebook dan Instagram. Masing-masing diperkirakan bernilai USD59 miliar dan UUD47,4 miliar.

Sejak jatuh ke tangan Elon, nilai merek Twitter diperkirakan susut hingga 32%. Sementara pendapatan dari iklan turun 50% sejak Oktober 2023.

Sebenarnya, aksi rebranding bukan hanya dilakukan oleh Twitter sebagai satu di antara merek populer era internet. Sejumlah merek terkenal lainnya belum lama ini juga menempuh cara serupa, tentunya dengan aneka macam alasan.Google berubah menjadi Alphabet, sedangkan Facebook menjadi Meta. Akan tetapi, ada perbedaan di sini.

Larry Page dan Sergey Brin dkk berniat membawa Google menempuh cara untuk memungkinkan entitas bisnis mereka lainnya tetap tumbuh tanpa terikat merek mesin pencarian. Sedangkan Mark Zuckerberg ingin Facebook berkomitmen terhadap dunia virtual; Metaverse. Bedanya dengan Twitter, kedua merek itu tetap dipertahankan.

Facebook Inc. resmi berganti nama menjadi Meta Platforms Inc. pada akhir Oktober 2021. Saat itu, sempat terjadi pukulan telak terhadap finansial perusahaan sebelum rebound mematahkan keraguan. Berdasarkan data Statista, mereka hanya menghasilkan pendapatan kotor USD116 miliar dengan nett income USD23 miliar pada 2022.

Namun, pertumbuhan positif terlihat tahun ini. Pada Kuartal/II 2023 saja, pendapatan bersih Meta mencapai USD7,78 miliar, bertambah USD5,7 miliar dari kuartal sebelumnya. Dengan kata lain, terjadi peningkatan 16%. Sejak Kuartal IV/2022, grafik net income generated terus mengalami tren peningkatan yang konsisten.

Selain Facebook, nasib baik juga berpihak pada Google. Sejak delapan tahun Google Inc. menjadi entitas bisnis Alphabet Inc, pendapatan mereka naik signifikan. Masih merujuk data Statista, pendapatan Google tercatat USD74,54 miliar pada 2015. Setahun kemudian, nilainya bertambah menjadi USD89,98 miliar.

Peningkatan itu konsisten berlangsung setidaknya hingga 2022. Tahun lalu, penghasilan mereka tembus USD279,8 miliar atau naik sekitar 277% dari 2015, tahun di mana mereka mulai berteduh di bawah Alphabet Inc. Sumber utama cuan Google masih berasal dari pendapatan iklan, tak jauh berbeda dengan Facebook.

Dalam penelitian berjudul Designing branded mobile apps: Fundamentals and recommendations yang dipublikasikan jurnal Science Direct pada 2015, Zhenzhen Zhao dari Institut Mines-Telecom Prancis mengingatkan tentang pentingnya mempertimbangkan perspektif pengguna saat proses desain merek suatu korporasi.

Aplikasi seluler yang ideal harus selaras dengan motivasi para pengguna sehingga wajib harus melibatkan mereka. Motivasi ekstrinsik mereka ketika menggunakannya berpotensi dimanfaatkan jadi keuntungan simbolis. Sikap dan reaksi pengguna juga perlu dipelajari lebih lanjut guna memandu pemasar membuat aplikasi jadi lebih baik.

Menurut Hsin-hung Shen dalam penelitian berjudul Evaluation for Rebranding: The Impact of Logo Change on Brand Attitude and Brand Loyalty (2021), strategi rebranding memainkan peran penting dalam siklus merek dan meningkatkan daya saing secara terus menerus. Logo merupakan faktor visual inti bagi pelanggan untuk dikenali, diingat, dan dikomunikasikan.

Oleh karena itu, merek adalah aset penting perusahaan. Logo seringkali didesain ulang seiring dengan penyesuaian strategi brand untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Ini dianggap sebagai satu di antara metode yang paling cepat untuk menciptakan puncak bisnis lainnya dan mempertahankan lingkaran.

Penelitian membuktikan bahwa rebranding adalah siklus yang dinamis. Hasil positif dipengaruhi oleh kesesuaian logo terhadap reaksi dan loyalitas merek. Dengan kata lain, ketika desain logo dinilai sesuai dengan makna merek, maka akan semakin baik.

Baca juga artikel terkait TWITTER atau tulisan lainnya dari Nanda Fahriza Batubara

tirto.id - Bisnis
Penulis: Nanda Fahriza Batubara
Editor: Dwi Ayuningtyas