Menuju konten utama

Rating Layak Investasi Naik, Indonesia Berpotensi Kalahkan AS

Indonesia memiliki beberapa indikator yang membuat tujuan menanamkan modal di Indonesia lebih menarik dari AS.

Rating Layak Investasi Naik, Indonesia Berpotensi Kalahkan AS
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan pidato saat peluncuran perkembangan triwulan perekonomian Indonesia oleh Bank Dunia di Jakarta, Kamis (15/6). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tujuan penanaman modal (capital) di Indonesia lebih menarik dibandingkan Amerika Serikat (AS). Sebab, Indonesia memiliki beberapa indikator, seperti pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, yaitu 5,06 persen, sedangkan AS 3 persen, pada kuartal III 2017.

“Dari sisi pertumbuhan ekonomi kita lebih tinggi dari AS, demografi kita jauh lebih muda, dari sisi prospek perekonomian up size kita masih lebih tinggi. Jadi, negara seperti kita harus mampu walaupun sentimennya sekarang menuju ke AS,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (21/12/2017).

Indonesia meraih rating BBB dari lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings. Fitch menilai Indonesia memiliki ketahanan terhadap guncangan eksternal maupun faktor geopolitik yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir.

Dalam proses penilaiannya, Fitch turut menyoroti sejumlah reformasi dalam hal kebijakan yang dilakukan pemerintah. Salah satunya terkait posisi Indonesia dalam peringkat kemudahan berbisnis (ease of doing business/EODB), dari yang tadinya di level 192 naik ke posisi 72.

Berbagai upaya untuk mendorong kemudahan itu pun rupanya berdampak pada masuknya aliran dana asing ke Indonesia.

Dengan potensi tersebut, pemerintah akan terus menggenjot kenaikan kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) untuk dapat memberikan kepastian investasi dengan tingkat menjanjikan. Pemerintah menargetkan peringkat 40 dunia pada 2018.

“Maka pemerintah kalau Bapak Presiden memperbaiki EoDB menjadi penting, bagaimana kita jadi investment grade outlook-nya makin stabil bahkan positif dan kita di-upgrade,” kata dia.

Kenaikan peringkat akan membawa dampak positif, terutama bagi negara berkembang. Peringkat ini dapat mendorong negara berkembang agar berpacu lagi dalam memperbaiki fiskal, moneter, melakukan berbagai reformasi kebijakan.

Sebab, salah satu penilaian yang dilakukan oleh pemeringkat terhadap sebuah negara adalah langkah kebijakan fiskal dan moneter yang membuat perekonomian menjadi stabil.

Bila pemerintah Indonesia mampu menaikkan seluruh indikator perekonomian, maka Indonesia dapat mencegah terjadinya aliran dana keluar (capital outflow) dari Indonesia menuju AS lebih pasti. Ekonomi yang terjaga disebutnya adalah kunci menimbulkan sentimen positif untuk menahan outflow dari dalam negeri.

Adanya reformasi pajak yang dilakukan pemerintah AS belum lama ini dinilai dapat menarik mundur aliran dana masuk (capital inflow) dari AS ke Indonesia.

“Peranan pemerintah memperbaiki iklim investasi, relaksasi kemudahan perizinan berusaha impor-ekspor, usaha kecil kita bantu lewat KUR (Kredit Usaha Rakyat). Itu semua tujuannya untuk membuat ekonomi kita growing dan moving, tumbuh dan terus berkembang,” jelasnya.

Sri menjelaskan, negara emerging market seperti Indonesia pertumbuhan ekonominya dapat lebih tinggi dan menjanjikan ketimbang negara maju seperti AS, jika ekonominya dikelola dengan baik.

“Mereka [para investor] masih melihat di sini juga masih menarik dan mereka akan terus tinggal atau bahkan mereka akan membagi capital yang ada di dunia ini untuk ditanamkan di negara seperti kita,” ujarnya.

Negara maju seperti AS dapat memberikan dampak kepercayaan ekonomi suatu negara khususnya untuk negara emerging market, karena dana modal dapat keluar dan kembali ke AS. Namun,di sisi lain, ada dampak positif jika AS mendapatkan perbaikan ekonomi.

“Kita harapkan begitu, sesuatu yang menyebabkan ekonomi AS menjadi positif. Kalau ekonomi AS menjadi bagus dia juga akan beri dampak positif pada seluruh dunia,” ucapnya.

Baca juga artikel terkait INVESTASI atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra