tirto.id - Jelang berakhirnya kompetisi GoJek Liga 1 2018, pelatih Mitra Kukar, Rahmad Darmawan turut angkat bicara terkait isu pengaturan skor yang jadi perbincangan hangat baru-baru ini. Ia membeberkan jika gaji pemain yang tertunggak kerap dijadikan celah bagi para mafia sepak bola untuk masuk dan memberikan penawaran menggiurkan.
Sepanjang karier kepelatihannya, RD mengaku pernah ditawari untuk mengalah pada tim lawan dengan iming-iming uang. Kejadian itu ia alami saat melatih Sriwijaya FC tahun 2009. Dalam sebuah pertandingan Liga Champions Asia melawan klub asal Cina, RD ditawari untuk mengalah dengan iming-iming pelunasan gaji yang tertunggak senilai Rp1,5 miliar.
"Kami waktu itu partai melawan Shandong Luneng di kandang. Waktu itu kami sedang telat gajian setengah bulan dan mereka menawarkan membayar senilai tunggakan itu sekitar Rp1,5 miliar," beber RD seperti diwartakan Goal.
Namun RD meluruskan bahwa saat itu pihaknya menolak tawaran tersebut. Ia berkukuh bahwa Sriwijaya tetap harus tampil maksimal dan memenangkan laga.
"Dia [yang menawarkan] mengakunya orang Indonesia tapi berteman dengan pihak Shandong Luneng. Saya waktu itu langsung ngobrol sama tim pelatih dan pemain. Saya jelaskan jangan sampai kalah, kami fight, " lanjutnya.
Pada akhirnya, Sriwijaya FC tetap memilih tampil maksimal di laga itu. Mereka keluar sebagai pemenang pertandingan dengan skor 4-2.
Kini dengan maraknya isu pengaturan skor, RD bersama klubnya, Mitra Kukar bakal lebih jadi sorotan publik mengingat mereka akan melakoni duel menentukan di pekan terakhir GoJek Liga 1 2018. Dalam laga pamungkas Minggu (9/12/2018) hari ini, Mitra Kukar dijadwalkan menghadapi kandidat juara Persija Jakarta.
RD menjanjikan untuk tetap mengejar kemenangan di laga itu, meski klub lawan membutuhkan hal yang sama untuk mengunci gelar juara. Apalagi, kekalahan bisa membuat Mitra Kukar terdegradasi ke Liga 2 musim depan.
Ia juga mengharapkan ketegasan PSSI untuk turun tangan mengatasi praktik pengaturan skor. Kerja sama dengan pihak kepolisian, menurut RD bisa jadi solusi untuk menangkal adanya upaya-upaya pengaturan skor di sepak bola profesional Indonesia.
"Supaya kepercayaan masyarakat pulih terhadap federasi. Jadi memang harus ada semacam tim khusus untuk mengusut kejadian dalam tanda kutip dianggap satu jalan untuk menyelesaikan kasus ini," pungkasnya.
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan