tirto.id - Sekolah Seni Tubaba, penerima Dana Indonesiana tahun 2023 asal Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung, akan menggelar Tubaba Art Festival #8. Mengusung tema“Self & Space: Festivity from The Kitchen”, Tubaba Art Festival kali ini dilaksanakan pada 1-3 Agustus 2024.
"Lokasi kegiatannya di Kota Budaya Ulluan Nughik dan Las Sengok, Tulang Bawang Barat. Festival ini juga menjadi bagian dari platform Karisma Event Nusantara (KEN), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia," kata Direktur Sekolah Seni Tubaba, Semi Ikra Anggara, kepada Tirto.id, Kamis (31/7/2024).
Semi menjelaskan, tema “Self & Space: Festivity From The Kitchen” bertolak dari gagasan bahwa dapur tidak semata dinilai sebagai ruang spasial dan terisolasi, tapi juga ruang terbuka bagi siapa saja untuk terlibat meracik dan memasak setiap karya seni sebelum disajikan.
Sebab itu, alih-alih berorientasi menghadirkan karya yang telah jadi, Tubaba Art Festival #8 mendorong pertukaran pengetahuan antar kreator dan ruang keterlibatan penonton dibuka seluas mungkin untuk menunjukan "Festivity from The Kitchen” sebagai festival yang inklusif.
"Di ‘dapur’ ini, siapa saja bisa terlibat, berbagi dan mengolah pengetahuan bersama, hingga akhirnya melakukan perayaan bersama,” sambung Semi.
Rangkaian Kegiatan
Pembukaan Tubaba Art Festival akan dilangsungkan Kamis (1/8/2024) sore di Ampiteater Ulluan Nughik dengan sejumlah penampilan. Mulai dari Tari Nenemo, tari kreasi anak dan remaja “Celebrating the Recipes”, Gitar Klasik Lampung dari Tiyuh (Desa) Gunung Katun, hingga pameran seni rupa. Sejumlah karya yang dipamerkan dalam pameran seni rupa didedikasikan bagi masyarakat Palestina.
Selain itu, Sirun Chen, seniman residensi dari Chengdu, Cina, akan berkolaborasi bersama kelompok ibu pengrajin tiqew (tikar) dari Tiyuh Gedung Ratu. Instalasi gigantik yang mereka kerjakan akan dipajang di muka venue seremoni pembukaan festival.
Pada hari kedua, Jumat (2/8/2024), giliran Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menyampaikan Pidato Kebudayaan di Las Sengoq, Tiyuh Karta. Selanjutnya, ada pertunjukan Site Spesific Dance/Performance bertajuk “Krakatoa: Boom; Homecoming; Cycle Chaos”.
“Pertunjukan ini merupakan showcase seniman Residensi Internasional Sekolah Seni Tubaba yang mendapatkan dukungan Dana Indonesiana dari Kemendikbud Ristek RI-LPDP. Para seniman tersebut adalah Kitamari (Jepang), Wendi Wu (China), Tassakorn Seepuan (Thailand), dan Kurt D.Petterson (Amerika Serikat) ” jelas Semi.
Semi menambahkan, dalam menggarap “Krakatoa: Boom; Homecoming; Cycle Chaos”, para seniman residensi tersebut berkolaborasi dengan seniman Indonesia, di antaranya Isvhara Devati, Edhitya Rio, Lawe Samagaha, dan Kelompok Sanggar Pakem.
Taufik Darwis, kurator pertunjukan, menyebut "Krakatoa: Boom, Homecoming, Cycle Chaos" memendam keyakinan bahwa Krakatau tidak hanya punya narasi tentang kekacauan yang mengakibatkan bencana. Krakatau, gunung di Selat Sunda itu, juga dapat menjadi sumber pengetahuan regeneratif bagi masa depan dunia.
“Pertunjukan ini juga membaca bayangan keberadaan kita sebagai manusia untuk melakukan perjalanan spiritual, berevolusi, dan bertransformasi menjadi bagian (lagi) dari getaran koeksistensi di dalam jaringan ekologi yang kompleks,” ungkap Taufik Darwis kepada Tirto.id, Kamis (31/7/2024).
Sejumlah workshop publik bakal digelar pada hari terakhir, Sabtu (3/8/2024). Workshop tersebut, antara lain, workshop penulisan puisi bersama Nisa Rengganis (Cirebon), workshop menganyam tiqew bersama ibu-ibu pengrajin tikew dari Tiyuh Gedung Ratu, dan workshop keramik bersama Baskoro Wicaksono (Metro).
Selain itu, kelompok Lampung Literature akan menggelar Brew Puisi dan mengajak setiap orang membacakan puisi hasil tulisannya sendiri. Seniman Sirun Chen juga direncanakan menampilkan satu nomor performance art bersama sejumlah seniman kolaborator.
Sebelum penutupan, rangkaian acara di malam terakhir gelaran Tubaba Art Festival#8 adalah pemutaran film dokumenter “Festivity From The Kitchen” dan pertunjukan musik amal untuk Palestina. Musisi yang tampil dalam kegiatan ini adalah Kelas Musik Sekolah Seni Tubaba, Panji Sakti (Bandung), Sir Dandy (Bandung), Anggun Priambodo (Jakarta), dan Zeke Khaseli (Jakarta).
“Para penonton dipersilakan menentukan harga tiket/donasi pertunjukan, seratus persen hasil tiket/donasi diserahkan kepada masyarakat Palestina melalui kedutaan besar Palestina di Jakarta,” sambung Semi.
Meski menyiapkan kotak donasi di meja resepsionis, kata Semi, panitia menyarankan para penonton atau calon donatur memberikan sumbangan secara langsung yang ditujukan ke rekening Kedutaan Besar Palestina: 123 00 00101222 a/n Embassy of The State of Palestine (Bank Mandiri).
Semi menerangkan, Tubaba Art Festival merupakan gelaran tahunan warga Tubaba. Hingga pelaksanaannya yang ke-8, festival ini rata-rata dikunjungi oleh 3.000 penonton dari berbagai wilayah di Provinsi Lampung dan Pulau Jawa.
"Pluralitas kesenian yang ditampilkan dan sejumlah program turunannya membuat festival ini menjadi pilihan tepat bagi wisata pendidikan dan keluarga," pungkas Semi.
Editor: Zulkifli Songyanan