Indeks Ulasan Film

Buddy film pada umumnya dengan para aktor (keturunan) Asia. Ada Iko Uwais—meski porsinya sedikit dan laganya biasa-biasa saja.

Oleh sebab itu, di tengah upaya Aqila mengejar cita-cita akademik, kakak iparnya mengingatkan bahwa astronot pertama bukan Yuri Gagarin, tapi Nabi Muhammad SAW.

Film ini bisa menjadi penuntas rindu pada thriller-drama ala Bong Joon-ho, yang khas Korea dan pernah berjaya pada era 2000-an.

Ghost Writer adalah film untuk mereka yang menikmati komedi ala pelawak stand-up dengan drama keluarga sebagai akar konfliknya, bukan untuk mereka yang mencari film horor.

Cara agar tetap relevan di mata generasi kekinian tapi aman dari segi bisnis sebab pada dasarnya jualan nostalgia: remake live-action sebanyak-banyaknya.

Sejauh ini Pokemon: Detective Pikachu adalah live action adaptasi gim terbaik. Tapi plotnya lemah dan alurnya mudah ditebak. Perlu dibenahi jika mau bikin waralaba baru.

‘Roller coaster’ emosi, nostalgia dan laga epik. Marvel Studios seakan ingin berkata: begini, lho, cara mengakhiri waralaba superhero!

Di luar perkara teknis yang rapi dan akting yang menawan, film ini menawarkan tema yang tak hanya orisinal, tapi juga penting.

Suster Maryam yang introvert, yang hidupnya sepi, mengalami turbulensi setelah ia bertemu Romo Yosef.

Cukup menghibur bagi penggemar ‘guyon’ Jawa (Timuran), tapi tak ada drama yang kuat seperti dijanjikan.

Carol Danvers tidak menjual keseksian-feminin seperti Wonder Woman. Ia badass dengan menjadi dirinya sendiri.

Milea selayaknya Bruce Wayne dalam trilogi The Dark Knight: dibanting-banting mentalnya oleh seorang “badboy”. 

Misteri seorang pria Jepang yang terdampar di pesisir Aceh dalam visualisasi yang segar dan penokohan yang matang. Di tangan Fukuda, Serambi Mekah adalah tanah yang magis.

Otis Milburn adalah sahabat yang dibutuhkan remaja Indonesia.

Sinopsis How To Train Your Dragon: The Hidden World mengisahkan petualangan Toothless, menemukan naga dengan jenis Light Furry.

Black Mirror menunjukkan dua paham soal hidup yang berseberangan, antara "kehendak bebas" dan determinisme.

Untungnya ia tidak terjebak “poverty porn”, eksploitasi kemiskinan dengan over-dramatisasi.

Karena kelelahan mengurus anak dan konflik akibat mengejar karier idaman itu lebih “relatable” ketimbang galau soal masa lalu sambil jalan keliling Jogja.

Segar, kocak, menjanjikan—baik dari cerita maupun gaya artistik. Cukup ampuh untuk mengusir kejenuhan akibat terus-menerus disuguhi versi live-action yang berpremis serupa.

Bukan kisah tentang perempuan yang merampok gara-gara kebosanan atau keinginan balas dendam, tapi karena miskin.