Kasus dugaan penganiayaan Ninoy Karundeng sebagai relawan Jokowi dengan FPI dan PA 212 (pendukung Prabowo) sebagai dampak pertarungan wacana usai Pilpres.
Masa depan Prabowo di politik bisa jadi selesai. Tapi tidak bagi Gerindra. Bagi pengamat, manuver Prabowo yang mendekat ke Megawati bisa dibaca sebagai upaya untuk membesarkan Gerindra.
Jokowi disarankan merangkul semua parpol masuk koalisi pemerintah. Sebab, oposisi minoritas di parlemen hanya sekadar formalitas, tanpa memberikan dampak yang signifikan.
Di media sosial, kata Prabowo lebih banyak disebut dibanding Jokowi kala keduanya bertemu Sabtu (13/7/2019) lalu. Sentimen terbanyak itu positif. Sisanya negatif dan netral.
Prabowo nampaknya akan segera ditinggalkan kelompok Islam pendukungnya. Namun Gerindra tak ambil pusing. Bagi pengamat, ini karena Gerindra dan Prabowo sudah melakukan hitung-hitungan politik.
Pertemuan Jokowi dan Prabowo dianggap belum cukup bikin ekonomi Indonesia lebih baik. Pelaku pasar masih akan melihat kebijakan-kebijakan ekonomi Jokowi, termasuk komposisi kabinet.
Prabowo dan Jokowi berharap pertemuan mereka bisa kembali mengakrabkan masyarakat. Namun Amien Rais dan PKS berharap Prabowo tetap berada di barisan oposisi.
Twit Dahnil yang mengusulkan pemulangan Rizieq Shihab jadi salah satu syarat rekonsiliasi antara kubu Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga direspons beragam. Perlukah hal itu dilakukan?
Partai koalisi Jokowi-Ma'ruf sebelumnya mengklaim dukungan mereka tanpa syarat. Namun, saat ini satu per satu parpol pengusung mulai minta jatah menteri.
PKS berharap koalisi pendukung Prabowo-Sandi bertransformasi jadi blok oposisi. Keinginan ini sulit terwujud karena partai punya kepentingan masing-masing.
Koalisi Prabowo nampaknya sebentar lagi bubar. PAN dan Demokrat mungkin merapat ke Jokowi, meninggalkan Gerindra dan PKS, serta Berkarya yang bahkan tak lolos ke parlemen.