Indeks Perang Diponegoro

Keresidenan Kedu dalam lini masa sejarah yang terbentang sejak era mitologi hingga Perang Diponegoro.

Arketipe semacam Kiai Jimat tidak akan muncul ke permukaan ketika Indonesia bersembunyi dalam bingkai “korban” dari bergulirnya roda sejarah.

Setelah Diponegoro tertangkap, sisa-sisa pasukannya mengubah taktik perjuangan, dari angkat senjata menjadi syiar agama.

Setelah Perang Jawa usai, Sentot Prawirodirdjo terlibat dalam Perang Padri di Sumatra Barat. Ia ditangkap dan dibuang ke Bengkulu hingga wafat.

Setelah keluarganya tumpas di tangan Belanda, Nyi Ageng Serang turut menyokong perjuangan Diponegoro.

Lewat lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, Raden Saleh dianggap Proto-Nasionalis. Di sisi lain, ia ditemukan dan dibesarkan oleh para patron Eropa.

Ketika Perang Jawa berkobar, Bupati Wedana Yogyakarta yang berkedudukan di Madiun justru jauh dari kesan gagah dan jago tempur.

Mengetahui sejarah dan latar belakang terjadinya Perang Diponegoro pada 1925-1930. 

Perang Jawa dengan Pangeran Diponegoro sebagai tokoh sentralnya merupakan pertempuran melelahkan melawan Belanda pada 1825-1830.

Letusan Gunung Merapi tahun 1822 dianggap sebagai tanda amarah Ilahi sekaligus bukti Jawa sedang memasuki zaman baru.

Tujuh tahun sebelum menggempur Tuanku Imam Bonjol, Andries Victor Michiels ikut menyergap Diponegoro dalam Perang Jawa.

Diponegoro menganggap kekalahannya dalam sebuah pertempuran disebabkan perselingkuhannya dengan perempuan Tionghoa. Sejak itu sentimen anti-Tionghoa kian menjadi-jadi.

Kolonel Raden Ario Majang Koro adalah Komandan Barisan Madura yang terlibat Perang Aceh. Dia memulai karirnya dari bawah dan hampir setengah abad mengabdi kepada Kerajaan Belanda.

Suara azan, bedug, dan kentongan bergema di Kampung Jawa Tondano.

Para pembangkang dari Sumatera, Jawa, Banten, Borneo, dan Maluku diikat perasaan senasib, membentuk "Indonesia mini" di lokasi pengasingan.

Raja belia.
Sebuah singgasana
tanpa mahkota.

Sebab khusus meletusnya Perang Jawa adalah pembangunan jalan raya oleh Belanda.

Daendels yang dijadikan nama jalan di pesisir selatan Jawa bukan Herman Willem Daendels yang menggagas jalur panjang di Pantura.