Indeks Konflik Hanura

Ribut-ribut di Hanura antara Wiranto dan OSO tak juga selesai. Kini medan baru muncul: kepemilikan kantor DPP di Jakarta Timur.

Sikap sahut-sahutan di publik antara pengurus DPP Hanura dan Wiranto sebagai sinyal potensi konflik internal kembali mengemuka usai Pilpres 2019.

Hanura diterpa prahara tahun lalu. Mampukah ia mengonsolidasikan kekuatannya di Pemilu 2019?

Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) melaporkan KPU ke Polda Metro Jaya karena tak memasukkan namanya ke Daftar Calon Tetap (DCT).

Sekelompok massa Hanura menggeruduk kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) menuntut KPU memasukkan Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) ke dalam Daftar Calon Tetap (DCT) Pileg DPD.

Partai Hanura tak terpengaruh dengan putusan sela PTUN dan tetap mengakui kepemimpinan Oesman Sapta Odang.

Rencana rekonsiliasi Partai Hanura belum berjalan optimal karena masih berfokus menyelesaikan verifikasi faktual agar bisa lolos ke Pemilu 2019.

Kubu Daryatmo menuding pihak Oesman Sapta Odang tidak serius mendorong rekonsiliasi untuk mendamaikan konflik internal di Partai Hanura.

Konflik di internal Hanura bisa memperburuk elektabilitas partai itu bila tak kunjung reda. Hasil survei LSI Denny JA pada Januari 2018 menyimpulkan elektabilitas Hanura hanya 0,7 persen.

Bila memang sejak awal Wiranto bisa menyelesaikan masalah, Menko Polhukam itu tak perlu menunda dan mengambil langkah penyelesaian konflik.

Wiranto memastikan Oesman Sapta Oedang (OSO) ditunjuk menjadi Ketua Umum Hanura usai pertemuan membahas konflik internal di partai itu pada hari ini.

Masing-masing kedua kubu yang bertikai merekomendasikan empat nama.

Oesman menyatakan ada kelompok di internal partai yang ingin menghancurkan Hanura.

OSO menyatakan bahwa Sudding telah dipecat, sementara Daryatmo menyatakan Sudding masih diakui Partai Hanura.

Tim bentukan Partai Hanura memiliki waktu 1x24 jam untuk menemukan solusi mendamaikan kubu OSO dan kubu Daryatmo.

Wiranto mengklaim masalah yang terjadi di tubuh Partai Hanura sudah selesai.

Adi menegaskan bahwa pelaporan ini bukan masalah perkubuan tetapi karena ada unsur pidana.

Tiga kader Hanura kubu Sudding dilaporkan ke polisi karena menyampaikan pernyataan melalui media daring perihal tuduhan OSO sebagai Ketum Hanura menggelapkan uang Rp200 miliar.

Oesman Sapta Odang (OSO) mengaku uang Partai Hanura sengaja ditempatkan di PT OSO Sekuritas Indonesia untuk menyelamatkan uang partai tersebut.

Adi mengatakan bahwa pihaknya harus berhati-hati untuk memberikan nomor laporan polisi itu.