Usai bertemu Presiden Joko Widodo pada hari ini, Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj menyatakan optimistis pemerintah akan membatalkan aturan mengenai sekolah 8 jam sehari atau Full Day School.
Muhadjir Effendy menegaskan tidak berencana membuat program sekolah satu hari penuh, melainkan program penguatan karakter siswa melalui kurikulum yang sudah ada.
Wacana "full day school" mendapat reaksi penolakan dari beberapa elemen masyarakat. Apa yang menyebabkan program yang diklaim sebagai pengembangan pendidikan karakter ini dianggap belum sesuai diterapkan dalam waktu dekat?
Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Barat menilai Kebijakan Sekolah Lima Hari Penuh masih bisa belum diterapkan terkait masalah anggaran dan kesiapan tenaga pendidik.
Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan waktu belajar lima hari bukan dibatalkan Presiden Joko Widodo melainkan diperkuat.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan pemerintah belum tentu membatalkan program full day school dan saat ini masih mengkaji sebelum benar-benar diterapkan.
Menurut Abdul, Muhammadiyah juga terkena dampak kebijakan itu. Namun, karena tujuannya untuk penguatan pendidikan karakter, maka Muhammadiyah mendukung penuh kebijakan tersebut.
Presiden Jokowi akan menata ulang penerapan sekolah delapan jam sehari dengan menerbitkan Perpres. Hal ini diharapkan bisa menampung aspirasi masyarakat, termasuk NU dan Muhammadiyah.
Ketua Tanfidzniyah PBNU, Marsudi Syuhud memastikan bahwa polemik full day school bukan persoalan antara NU dan Muhammadiyah, melainkan kebijakan Mendikbud yang berpotensi mematikan madrasah diniyah.
KPAI meminta Kemendikbud mencabut atau melakukan peninjauan ulang Permendikbud Nomor 23 tahun 2017 tentang Hari Sekolah. Jika tidak KPAI akan mengajukan permohonan uji materiil peraturan tersebut ke MA.