BPS mencatat nilai ekspor dalam neraca perdagangan pada bulan Maret 2019 sebesar 14,03 miliar dolar AS, sementara total impor mencapai 13,49 miliar dolar AS.
INDEF menyebutkan, kondisi defisit neraca dagang Indonesia pada 2018 lalu tidak jauh dari keputusan impor barang-barang dari China yang dilakukan Indonesia dan akibat perang dagang Cina dan AS.
Direktur CORE menilai, kebijakan pemerintah yang berupaya mengimbangi neraca perdagangan dengan mempermudah ekspor komoditas merupakan langkah kontradiktif.
Menko Darmin Nasution mengklaim perang dagang memicu ekspor RI pada awal 2019 loyo. Hal ini menyebabkan defisit neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2019 kembali membengkak.
BPS menilai defisit neraca perdagangan Januari 2019 melebar di angka 1,16 miliar dolar AS, rekor defisit ini tertinggi jika dibandingkan dengan bulan Januari sepanjang tahun 2014-2019.
Defisit Transaksi Berjalan (CAD) pada kuartal IV 2018 diprediksi kembali melebar. Kondisi ini dinilai menunjukkan struktur ekonomi Indonesia masih rapuh.
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani menyebut tingginya impor yang menyebabkan neraca dagang defisit karena dampak perbaikan industri dan infrastruktur.
Sri Mulyani menyatakan defisit neraca perdagangan pada November 2018, yang terburuk dalam lima tahun terakhir, terjadi karena tekanan eksternal, salah satunya pelambatan pertumbuhan Cina.
Salah satu pemicu defisit neraca perdagangan Indonesia pada November 2018 ialah impor nonmigas dari golongan minuman. Impor wine termasuk dalam golongan itu.
Darmin Nasution menyatakan ada sejumlah perusahaan yang sengaja mengerek impor solar ketika pemerintah sedang berupaya menekan defisit neraca perdagangan migas melalui perluasan kebijakan B20.
Paket kebijakan ekonomi jilid XVI untuk membidik investasi asing, memangkas impor, meningkatkan ekspor, memperkecil CAD hingga stabilitas rupiah terjaga.