Menuju konten utama
Analisis CORE:

Pemerintah Jangan Andalkan Ekspor Komoditas untuk Tekan Defisit

Direktur CORE menilai, kebijakan pemerintah yang berupaya mengimbangi neraca perdagangan dengan mempermudah ekspor komoditas merupakan langkah kontradiktif.

Pemerintah Jangan Andalkan Ekspor Komoditas untuk Tekan Defisit
Truk peti kemas melintas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (18/12/2018). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.

tirto.id - Neraca perdagangan Indonesia di bulan Januari 2019 ditutup defisit di angka 1,16 miliar dolar AS. Angka ini semakin melebar dibanding Januari 2018 yang berada di angka 0,76 miliar dolar AS dan Desember 2018 yang mencapai 1,03 miliar dolar AS.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan hal itu disebabkan karena penurunan ekspor yang lebih tajam dibanding impor. Hal itu juga terkait dengan ekspor yang masih terlampau mengandalkan komoditas ketimbang manufaktur atau pengolahan.

“Ekspor gak bisa mengandalkan komoditas saja. Masalahnya lebih mendasar. Ini perlu reformasi sektor manufaktur,” ucap Faisal kepada wartawan dalam konferensi pers bertajuk Jelang Debat Capres II : Menakar Isu Pangan, Energi dan Infrastruktur di Hongkong Cafe Jakarta pada Jumat (15/2).

Faisal menilai kebijakan pemerintah yang berupaya mengimbangi neraca perdagangan dengan mempermudah ekspor komoditas merupakan langkah kontradiktif. Dalam hal ini kebijakan Kemendag yang menghapus laporan surveyor bagi eksportir.

Menurutnya, kebijakan itu akan terasa dalam jangka pendek mampu memperbaiki neraca perdagangan. Namun, secara jangka panjang justru akan memperpanjang masalah defisit.

Karena itu, ia menyarankan agar pemerintah mulai fokus mengembangkan industri hilir yang menjadi domain manufaktur dan pengolahan. Hal ini didukung juga dengan harga komoditas Indonesia yang tergolong murah sehingga produk olahannya lebih kompetitif dari sisi biaya produksi.

“(Mempermudah ekspor komoditas) itu kemunduran. Kondisi sekarang perlu diperhatikan daya saing manufaktur kita yang menurun,” ucap Faisal.

Selain itu, dalam kondisi perekonomian global yang melambat, Faisal memperkirakan Indonesia akan mengalami penurunan permintaan ekspor. Ia menilai, di samping menggenjot manufaktur, pemerintah perlu memperhatikan sasaran ekspor baru di luar negara-negara tradisional yang biasa menjadi tujuan.

“Kita punya keunggulan ke negara-negara non tradisional. Terutama otomotif bisa ekspansi ke arah sana,” ucap Faisal.

Baca juga artikel terkait NERACA PERDAGANGAN INDONESIA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Agung DH