Menuju konten utama

BPS Catat Neraca Perdagangan Indonesia Defisit 2,5 Miliar Dolar AS

BPS mencatat neraca perdagangan pada April 2019 berada di level defisit dengan nilai 2,5 miliar dolar AS.

BPS Catat Neraca Perdagangan Indonesia Defisit 2,5 Miliar Dolar AS
Kepala BPS Suhariyanto. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada April 2019 berada di level defisit dengan nilai 2,5 miliar dolar AS. Nilai ini menunjukkan neraca perdagangan turun tajam dari semula surplus 0,67 miliar dolar AS secara month to month.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan defisit neraca perdagangan selama bulan April ini disebabkan karena adanya defisit migas yang mencapai 1,49 miliar dolar AS dan non migas 1,01 miliar dolar AS.

Akibatnya, capaian neraca perdagangan kumulatif selama Januari-April 2019 menjadi defisit 2,56 miliar dolar AS. Angka ini juga relatif memburuk jika dibandingkan dengan kumulatif tahun 2018 yang hanya berkisar 1,41 miliar dolar AS.

“April 2019 ada defisit 2,5 miliar dolar AS. Defisit ini berasal dari migas 1,49 dolar AS dan non migas 1,01 miliar dolar AS,” ucap Suhariyanto dalam konferensi pers perkembangan ekspor-impor April 2019 di Gedung BPS pada Rabu (15/5/2019).

“Tadinya kita berharap neraca perdagangan akan membaik. Tapi Januari-April 2019 neraca perdagangan defisit 2,56 miliar dolar AS,” tambah Suhariyanto.

Suhariyanto mengatakan capaian neraca perdagangan ini disumbang oleh nilai ekspor April 2019 yang hanya mencapai 12,60 miliar dolar AS. Angka ini relatif turun 10,80 persen dari Maret 2019 dan turun lebih tajam 13,10 persen dari April 2018. Jumlah itu merupakan akumulasi dari ekspor migas 0,74 miliar dolar AS dan non migas 11,86 miliar dolar AS.

Di samping itu, turunnya ekspor pada April 2019 lalu, ternyata semakin dibebani dengan naiknya impor April 2019 sebanyak 12,25 persen dibanding bulan sebelumnya. Alhasil nilai impor mencapai angka 15,10 miliar dolar AS meskipun nilai ini masih lebih rendah dibanding April 2018.

Kenaikan tertinggi dialami oleh impor migas yang naik 46,99 persen dari bulan sebelumnya menjadi 2,24 miliar dolar AS. Sementara itu, impor non migas naik 7,82 persen menjadi 12,86 miliar dolar AS di April 2019.

Dalam penjelasannya, Suhariyanto masih mengaitkan perlambatan ekspor yang dialami Indonesia ini dengan perlambatan ekonomi global. Menurutnya, perlambatan itu menyebabkan negara tujuan ekspor Indonesia turut mengurangi kebutuhannya. Alhasil ekspor dari sektor migas, pertanian, industri pengolahan, dan tambang turun di kisaran 3,29-18,18 persen.

“Ketika negara tujuan ekspor melambat [pertumbuhannya] kita pasti terpengaruh,” ucap Suhariyanto.

Sementara itu, Suhariyanto mengatakan kenaikan impor ini sedikit dipengaruhi oleh kebutuhan lebaran sehingga ada peningkatan kebutuhan konsumsi sebanyak 24,12 persen dibanding bulan sebelumnya. Namun, di saat yang sama kebutuhan bahan baku dan barang modal juga mengalami kenaikan 12,09 persen dan 6,78 persen.

“Dari impor penggunaan barang hanya naik secara month to month, tetapi dari year on year turun. Ini berarti pemerintah sudah berupaya menahan laju impor,” ucap Suhariyanto.

Baca juga artikel terkait NERACA PERDAGANGAN INDONESIA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri