tirto.id -
"Menurut saya belum tercermin konsep yang jelas. Saya belum tahu rancangan yang jelas, tapi hanya saja sedikit [saya ketahui]," kata Peneliti Puslit Kependudukan, Puguh Prasrtyoputra saat di Kantor LIPI, Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Senin (18/3/2019).
Dirinya merasa, hal yang ditawarkan oleh Sandi bukanlah program yang berkelanjutan karena hanya mengandalkan dari sumbangan.
"Itu boleh saja dilaksanakan, tetapi pemerintah juga harus ada program yang pokok," ucapnya.
Agar dapat menambah gizi anak, Puguh pun mencontohkan seperti Sekolah Dasar (SD) Tani yang ada di Yogyakarta. Para guru di sekolah tersebut mengajak murid-muridnya untuk bertani dan berkebun.
Karena wilayah tersebut merupakan daerah pertanian yang dapat dimanfaatkan lahannya. Kemudian setelah mendapatkan hasil, digunakan untuk makanan tambahan.
Apalagi hasil yang didapat merupakan makanan organik dan bebas dari pestisida. Cara tersebut menurut Puguh, dapat mengajarkan anak-anak kembali ke alam untuk bertani dan berkebun.
"Itu salah satu hal yang bisa dicontoh untuk pemberian makanan," terangnya.
Namun untuk sekolah di daerah perkotaan kata Puguh, memang sangat sulit terealisasi secara teknis karena keterbatasan lahan.
Oleh karena itu dirinya meminta agar Sandi memberikan konsep yang jelas terkait program yang ditawarkannya tersebut. Bukan hanya mengandalkan dari pihak non-pemerintah.
Meskipun banyak siswa yang jarang mendapatkan makanan bergizi. Akibat sering mengkonsumsi makanan yang tidak higienis dan jajan sembarangan.
"Jadi pemerintah selanjutnya harus melakukan itu, menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Kemudian boleh membuat program seperti sedekah putih, asal jelas sudah dilakukan kajian sebelumnya, atau [program tersebut] akan berkelanjutan atau tidak," pungkasnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Nur Hidayah Perwitasari