tirto.id - Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, mengungkapkan bahwa Kementerian Pertanian akan menggunakan lahan milik negara hingga swasta untuk merealisasikan target 3 juta hektare program cetak sawah.
"Mengenai status lahan, ada macam-macam. Saya kira ada yang status milik perseorangan, ada juga yang milik perusahaan, atau intinya ada lahan milik perorangan ada yang milik negara," kata Sudaryono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (28/10/2024).
Sudaryono menjanjikan adanya skema komersial bagi setiap pemilik yang lahannya digunakan untuk menjadi bagian dari program cetak sawah.
"Intinya adalah kami cetak sawah, nanti kami atur skema komersialnya," kata Sudaryono.
Dia menjelaskan bahwa program cetak sawah akan mengarah kepada lahan-lahan yang selama ini terbengkalai dan belum dimanfaatkan dengan baik. Dia juga membantah kekhawatiran akan adanya deforestasi demi program cetak sawah tersebut.
"Bukan kamin datang ke hutan lindung, hutan apa kami main tebang-tebang. Supaya enggak misleading, jadi misalnya ada lahan rawa belum termanfaatkan, kami manfaatkan. Drainase itu yang kami perbaiki, airnya kami alirkan, keasamannya kami netralisir sehingga lahan itu bisa kami tanami," kata dia.
Sudaryono menambahkan bahwa program cetak sawah akan dilakukan secara bertahap. Ia juga tidak hanya terpusat di satu wilayah, tapi di sejumlah titik.
"Sehingga, jangan dipikir 3 juta [hektare] itu satu hamparan, tapi ada yang 10 ribu [hektare], kemudian 5 ribu [hektare], kemudian sekian ratus ribu [hektare].Total semuanya yang kami targetkan 3 juta hektare," kata dia.
Sudaryono menambahkan bahwa kementeriannya akan mengoptimalkan berbagai cara agar lahan sawah yang telah dibuka dapat digunakan dengan baik. Pasalnya, lahan sawah yang dibuka ada yang berkarakter lahan tadah hujan yang hanya bisa ditanami saat musim hujan. Ada pula lahan rawa yang hanya bisa ditanami padi saat musim kemarau.
"Sudah kami laksanakan ada 1,4 juta [hektare] lahan yang kami naikkan indeks penanaman, IP-nya (indeks pertanaman) kami naikkan dengan pompanisasi, dan juga konstruksi optimalisasi lahan rawa. Maksudnya begini, lahan tadah hujan itu karena musim kemarau kita pompa air supaya dia bisa menanam, supaya panen bisa nambah itu sudah. Lahan rawa juga sama. Tadinya hanya menanam musim kemarau, saat musim hujan banjir itu. Kami bikin konstruksi drainase dan seterusnya sehingga musim hujan air tidak menggenang," kata Sudaryono.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Fadrik Aziz Firdausi