tirto.id - Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, mengungkapkan bahwa kementeriannya akan melibatkan satu batalion TNI dalam program cetak sawah. Satuan TNI yang dimaksud adalah Batalyon Infanteri (Yonif) atau Yonif Penyangga Daerah Rawan.
"Ada, bahkan di TNI sendiri itu dibentuk satuan namanya Batalion Penyangga Daerah Rawan. Jadi, memang dipastikan untuk memastikan program-program pertanian kami jalan," kata Sudaryono di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (28/10/2024).
Sudaryono menjelaskan bahwa pelibatan TNI dalam program cetak sawah telah dimulai di sejumlah daerah di Papua. Pelibatan TNI itu pun akan dilakukan di daerah lain yang menjadi sasaran program.
"Ada beberapa di Merauke sudah [dilakukan]. Kalau tidak salah ya, dalam proses dan mau jadi. Dan nanti, di daerah di rawa, seperti di Sumatera Selatan, juga sedang dalam rencana dan seterusnya," kata dia.
Sudaryono juga mengungkapkan bahwa Kementan juga akan menggaet Polri untuk terjun dalam program cetak sawah.
"Ketahanan pangan ini gak bisa ditawar lagi. Semua, enggak hanya TNI, Polri juga [akan dilibatkan]. Kebetulan kemarin dari Mabes Polri juga sepakat untuk mendukung program ketahanan pangan ini. Bagaimana Polri bisa juga ikut, bukan hanya sebagai yang selama ini perannya adalah dalam hal Satgas Pangan, menindak pelanggar dan seterusnya, tapi juga ikut aktif di hulu, ikut membina petani, dan seterusnya," kata Sudaryono.
Sudaryono menerangkan bahwa Kementan punya target mencetak sawah seluas 3 juta hektar dalam jangka waktu 3-4 tahun mendatang. Menurutnya, 3 juta lahan sawah yang akan dicetak itu untuk mengamankan ketahanan pangan Indonesia hingga 80 tahun mendatang.
"Kami perkirakan dengan 3 juta itu bisa menjamin generasi kita 80 tahun ke depan," kata dia.
Nantinya, guna mencapai target 3 juta hektar sawah, Kementan akan menggunakan pelbagai jenis lahan untuk cetak sawah. Baik milik Perhutani hingga milik swasta.
"Mengenai status lahan, macam-macam. Saya kira ada yang status milik perseorangan, ada juga yang milik perusahaan atau yang milik negara," katanya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Fadrik Aziz Firdausi