tirto.id - Jose Ramos Horta merupakan seorang tokoh penting yang dikenal sebagai salah satu bapak pendiri Timor Leste, kini resmi terpilih kembali dan menjabat sebagai presiden ke-5 di negara tersebut.
Mengutip Antara, hari peresmian Ramos Horta sebagai presiden Timor Leste untuk periode 2022 – 2027 dilakukan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Timor Leste yang jatuh pada tanggal 20 Mei.
Dalam pidato pelantikannya, Ia menekankan komitmennya terhadap perlindungan, ketaatan, dan penegakan konstitusi Timor Leste sebagai dasar hukum, yang nilai-nilainya mencerminkan identitas nasional yang telah disepakati oleh rakyat Timor Leste.
Ia juga berharap bahwa di tahun 2023 mendatang Timor Leste mampu menjadi salah anggota negara ASEAN yang juga merupakan tujuan dari strategi nasional Timor Leste pada masa jabatannya sebagai presiden
Meski Ramos-Horta merupakan calon presiden independen, ia mendapatkan dukungan penuh dari Xanana Gusmao yang merupakan presiden pertama Timor leste sekaligus Ketua Kongres Nasional Rekontruksi Timor Timur.
Dengan dukungan tersebut, Ramos-Horta berhasil memenangkan pemilihan umum dengan perolehan suara 62,09 persen setelah melewati putaran kedua melawan presiden Petahana Timor Leste, Fransisco “Lu Olo” Gueterres.
Sebelum terpilih sebagai presiden ke-5, Horta pernah berposisi sebagai perdana menteri Timor Leste pada tahun 2006 – 2007, setelah itu ia terpilih sebagai presiden ke-2 Timor Leste untuk periode masa jabatan 2007 – 2012 menggantikan Xanana Gusmao.
Profil Ramos Horta Presiden ke-5 Timor Leste
Dilansir dari Britannica, Ramos Horta merupakan kelahiran 26 Desember 1949 di Dili, Timor Leste. Tahun ini, ia genap berusia 73 tahun.
Ibunya adalah seorang penduduk asli Timor Leste dan Ayahnya adalah warga negara Portugis yang di deportasi ke Timor Leste karena berpartisipasi dalam melawan diktaktor, António Salazar.
Di balik latar belakang kehidupan Ramos-Horta sebagai tokoh reformasi Timor Leste, terdapat berbagai perjalanan hidupnya yang mengalami banyak tantangan, kecaman bahkan ancaman pembunuhan.
Ia pun sempat dideportasi oleh Portugal pada tahun 1970 karena berpartisipasi dalam melakukan gerakan kemerdekaan dan hal tersebut memicu kemarahan dari penguasa Portugal.
Pada tahun 1972, Horta kembali ke Timor Leste untuk kembali memperjuangkan kemerdekaan negaranya, bersama Freitlin ia berhasil mendeklarasikan Kemerdekaan Timor Leste pada 28 November 1975.
Namun, kebahagian tersebut tak berlangsung lama karena sembilan hari kemudian, Indonesia menginvasi Timor Leste dan Ramos Horta kembali diasingkan.
Selama masa pengasingannya Horta menetap di beberapa negara dan memanfaatkan hal tersebut guna menuntut ilmu di berbagai Universitas.
Mengutip laman Humanrights.com, di masa pengasingannya pula, Horta juga bergabung sebagai duta besar de facto Timor Leste untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan ia menjadi orang termuda yang berpidato di PBB.
Ia berbicara dengan lantang mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada negaranya.
Dengan semangat perjuangannya tersebut, ia berhasil mendapatkan penghargaan Nobel Prize untuk misi perdamaian pada tahun 1996 karena berhasil memberikan fasilitas penyelesaian konflik di Timor Leste.
Di tahun – tahun berikutnya, Horta terus memperjuangkan dan mendesak pengampunan serta rekonsiliasi. Dan tibalah pada tanggal 20 Mei 2002, akhirnya PPB menyatakan kemerdekaan Timor Leste dan resmi terlepas dari Indonesia.
Melalui segala upayanya memerdekakan Timor Leste, maka tak heran jika Ramos Horta mendapatkan tempat istimewa di hati para masyarakat Timor Leste dan berhasil terpilih kembali menjadi seorang pemimpin di wilayah tersebut.
Penulis: Syafira Aulia Arsani
Editor: Yandri Daniel Damaledo