Menuju konten utama

Produksi Garam di Sumenep Terhenti akibat Diguyur Hujan

Hujan yang mengguyur Sumenep tidak menguntungkan bagi para petani garam rakyat dan membuat produksi garam pada pekan ini terhambat.

Produksi Garam di Sumenep Terhenti akibat Diguyur Hujan
Petani mengangkut garam yang telah diproses di kawasan Panggungrejo, Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (19/7). ANTARA FOTO/Umarul Faruq

tirto.id - Garam rakyat yang diproduksi di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, kembali terhambat akibat hujan yang mengguyur wilayah setempat. Padahal, Madura menjadi salah satu wilayah penghasil garam terbesar di Indonesia.

"Hujannya memang tidak begitu deras, akan tetapi sudah membuat garam yang sebenarnya bisa dipanen kembali mencair," ujar Kepala Desa Pinggirpapas, Abd Hayat di Sumenep, Kamis (27/7/2017).

Sebagai informasi, Desa Pinggirpapas di Kecamatan Kalianget adalah salah satu sentra penghasil garam rakyat di Sumenep.

"Hujan mengguyur wilayah kami sejak dini hari sekitar pukul 03.00 WIB dan hingga sekarang masih gerimis," kata Abd Hayat menerangkan.

Ia menjelaskan, kondisi tersebut tentunya tidak menguntungkan bagi para petani garam rakyat dan membuat produksi garam pada pekan ini terhambat.

Seperti dilansir Antara, pada Kamis pagi, di sebagian besar lahan milik petani di Desa Pinggirpapas itu sebenarnya sudah terdapat garam siap produksi.

Namun, hujan yang mengguyur wilayah tersebut sejak enam jam lalu itu membuat butiran garam di lahan milik petani kembali mencair.

"Semoga saja kondisi cuaca kembali normal. Dalam hitungan kami, petani kembali bisa panen garam jika cuaca kembali normal sedikitnya enam hari ke depan," ujarnya menerangkan.

Kondisi cuaca yang kurang menentu pada masa kemarau tahun ini membuat produksi garam anjlok dan selanjutnya membuat harga komoditas tersebut mahal akibat stok terbatas.

"Sejak dua pekan belakangan ini, harga garam sudah mencapai Rp3.500 per kilogram. Namun, stok di lapangan memang sedikit," kata Koordinator Paguyuban Petani Garam Rakyat Sumenep, Hasan Basri.

Dengan harga garam sudah menembus Rp3.000 hingga Rp3.500 per kilogram, Dinas Perikanan Pemerintah Kabupaten Probolinggo justru meminta petani untuk menggenjot produksi komoditas tersebut. Hal ini tentu tidak menjadi hambatan mengingat wilayah setempat didukung cuaca panas.

"Kami mendukung petani garam untuk terus meningkatkan produksinya, apalagi sudah dua pekan ini cuaca panas tanpa hujan," kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi saat memantau sentra garam di Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (26/7/2017).

Menurutnya tingginya harga garam membuat konsumen baik industri maupun kalangan rumah tangga khawatir harga garam terus meningkat, sehingga Pemkab Probolinggo mengimbau agar petani garam meningkatkan produksi garamnya.

"Semakin banyak persediaan garam, maka harga jual di pasarnya juga akan berangsur turun, sehingga pemerintah tidak perlu membuka kran impor," tuturnya.

Dengan harga jual tinggi, lanjut dia, maka produksi garam petani di Probolinggo diharapkan bisa maksimal karena merupakan momentum yang bagus bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraan.

Baca juga artikel terkait PETANI GARAM atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari