tirto.id - Aksi pemboman di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5/2018) melibatkan anak-anak di bawah umur yang ikut menjadi korban sebagai pelaku bom bunuh diri. Hal tersebut sangat disesalkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengunjungi langsung tempat kejadian di Surabaya.
"Pelaku menggunakan dua anak berumur kurang lebih 10 tahun yang digunakan juga untuk pelaku bom bunuh diri," ungkap Presiden Jokowi dalam konferensi pers di Surabaya, Minggu sore.
"Tindakan terorisme kali ini sungguh biadab dan di luar batas kemanusiaan yang menimbulkan korban anggota masyarakat, anggota kepolisian, dan juga anak-anak yang tidak berdosa," imbuhnya.
Dilibatkannya anak-anak dalam aksi bom bunuh diri di Surabaya ini juga mendapat kecaman keras dari Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak.
"Kami kutuk keras hal itu, karena itu melanggar hak asasi manusia. Anak tidak dalam posisi yang dia memahami apa yang sedang terjadi," tukas Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, di Temanggung, Minggu.
Atas nama Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mengimbau kepada masyarakat agar tidak gentar terhadap aksi-aksi teror. "Jangan takut terhadap teror dan kami mengutuk keras karena melanggar hak anak. Anak menjadi korban dari tindakan-tindakan kejahatan itu," serunya.
"Tentunya nanti kami akan melakukan trauma healing terhadap korban yang saat ini masih dalam perawatan di rumah sakit, karena ini adalah sebuah peristiwa yang menurut saya harus mendapat dukungan dari semua masyarakat karena anak-anak adalah yang menjadi korban," imbuh Arist Merdeka Sirait.
Aksi peledakan bom terjadi di tiga gereja di Surabaya, yakni di GKI Jalan Diponegoro, Gereja Santa Maria, dan Gereja Pantekosta, Minggu pagi. Hingga kini, 11 orang tewas dan 41 orang luka-luka dalam kejadian tersebut. Presiden Jokowi pun membatalkan dua agendanya dan langsung terbang ke Surabaya, termasuk menjenguk para korban yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara.
Editor: Iswara N Raditya