Menuju konten utama

Presiden Filipina Perintahkan Tangkap Oposisi Leila de Lima

Senator Leila de Lima, pihak oposisi dari Presiden Filipina Rodrigo Duterte ditangkap Jumat (24/2/2017) pukul 08.00 waktu setempat atas tuduhan melakukan perdagangan narkoba ilegal di penjara New Bilibid.

Presiden Filipina Perintahkan Tangkap Oposisi Leila de Lima
Presiden Filipina Rodrigo Duterte berbicara dalam kunjungannya di kota Tarlac, Filipina, Minggu (11/12). ANTARA FOTO/REUTERS/Czar Dancel/djo/16

tirto.id - Senator Leila de Lima, pihak oposisi Presiden Filipina Rodrigo Duterte ditangkap Jumat (24/2/2017) pukul 08.00 waktu setempat. Ia dituduh melakukan perdagangan narkoba ilegal di penjara New Bilibid saat menjabat Sekretaris Departemen Kehakiman pada 2010-2015.

“Aku akan pergi dengan mereka secara sukarela,” ucap de Lima pada wartawan.

“Ini menjadi kehormatan saya, dipenjara atas apa yang saya perjuangkan.”

“Jika mereka berpikir bahwa dengan memenjarakan saya, saya akan kembali pada prinsip-prinsip saya, mereka salah. Sebaliknya, mereka telah mendorong saya untuk lebih mengejar kebenaran dan keadilan,” tambahnya seperti dilansir laman CNN.

Beberapa jam setelah surat perintah penangkapan dikeluarkan, de Lima menyatakan bahwa dia tidak akan lari dari kasus yang dituduhkan tersebut, katanya pada konferensi pers kepada wartawan.

De Lima dan pendukungnya bersikeras bahwa dirinya tidak bersalah. Tuduhan tersebut dianggap sebagai cara Duterte untuk menghancurkan salah satu kritikus paling vokal terhadap kebijakannya.

Amnesty International mengatakan pada Kamis (23/3/2017), jika de Lima ditangkap itu akan menjadikannya sebagai tahanan untuk membungkam kritik.

"Penangkapan de Lima adalah upaya terang-terangan oleh pemerintah Filipina untuk membungkam kritik dari Presiden Duterte dan mengalihkan perhatian dari pelanggaran hak asasi manusia yang serius di 'perang melawan narkoba," katanya seperti dikutip dari The Guardian pada Jumat (24/2/2017).

Duterte mengangkat tuduhan terhadap de Lima pertama kalinya dalam sebuah pidato pada Agustus 2016. Dia dituduh menerima suap dari bandar narkoba yang telah dihukum untuk melanjutkan operasi ilegal mereka dari balik jeruji.

De Lima yang tahun lalu terpilih menjadi Senator menjanjikan untuk melanjutkan perjuangan untuk hak asasi manusia dan memimpin perjuangan politik melawan Presiden Rodrigo Duterte. Sebagai aktivis HAM, de Lima menentang kebijakan eksekusi tanpa proses pengadilan dan perintah tembak di tempat terhadap pelaku kasus narkoba yang dirasa tidak manusiawi.

Rodrigo Duterte sendiri memenangkan pemilihan presiden tahun lalu setelah selama kampanye berjanji untuk memberantas narkoba di masyarakat dengan membunuh puluhan ribu orang.

Baca juga artikel terkait RODRIGO DUTERTE atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Hukum
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri