tirto.id -
Ramaphosa menyebut Winnie Madikizela-Mandela sebagai "lambang abadi keinginan rakyat kita untuk bebas".
"Dengan perasaan kehilangan yang sangat besar dan kesedihan yang mendalam lah kami mengetahui meninggalnya Mam`Winnie Madikizel-Mandela," kata Ramaphosa.
Dikutip dari The Guardian, Winnie Madikizela-Mandela meninggal di rumah sakit Johannesburg karena sakit, menurut asisten pribadinya, Zodwa Zwane.
“Dia beristirahat dengan damai dikelilingi oleh keluarganya dan orang-orang yang dicintai pada Senin [2 April 2018] sore," menurut pernyataan keluarga.
"Dengan perasaan kehilangan yang sangat besar dan kesedihan yang mendalam kami mengetahui meninggalnya Winnie Madikizela-Mandela," kata Ramaphosa, seperti dikutip Antara.
Bahkan pada masa paling kelam selama perjuangan bagi kebebasan, Winnie merupakan "lambang abadi keinginan rakyat kita untuk bebas", kata Ramaphosa.
Di tengah penindasan, ia menjadi suara pembangkangan dan perlawanan, tambah Ramaphosa.
Ramaphosa juga merujuk Winnie sebagai "pelopor keadilan dan kesetaraan" dalam menghadapi eksploitasi.
"Sepanjang hidupnya, ia memberi sumbangan yang langgeng bagi perjuangan melalui pengorbanan dan tekadnya yang tak pernah goyah. Dedikasinya bagi nasib buruk rakyatnya membuat dia dicintai dan dihormati oleh bangsa ini," kata Ramaphosa.
Selama bertahun-tahun, Winnie memikul beban kebrutalan tanpa kasihan rezim Apartheid dengan ketabahan yang luar biasa, kata presiden Afrika Selatan tersebut.
"Meskipun menghadapi kesulitan, ia tak pernah ragu bahwa perjuangan bagi kemerdekaan dan demokrasi akan berhasil," kata Ramaphosa.
Sepanjang hidup, Winnie tetap menjadi pembela yang tak kenal lelah bagi orang yang ditindas dan disingkirkan dan menjadi suara buat orang yang tak bisa menyuarakan keinginan mereka, kata Ramaphosa.
Ia mendesak rakyat Afrika Selatan agar mengambil inspirasi dari perjuangan yang dilancarkan Winnie dan impian mengenai masyarakat yang lebih baik tempat ia telah mencurahkan hidupnya.
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo