Menuju konten utama

Presdir Unilever Indonesia: Berubah atau Tertinggal

Hemant Bakshi mengatakan perubahan dalam strategi marketing di sebuah perusahaan adalah hal yang krusial agar perusahaan tersebut dapat bertahan.

Presdir Unilever Indonesia: Berubah atau Tertinggal
Ilustrasi. Dokter Spesialis Anak, Ariani Dewi Widodo (kiri), Senior Brand Manager LIfebuoy PT Unilever Indonesia Tbk Evan Rickyanto (kedua kiri). ANTARA FOTO/HO/Bima/pd/17

tirto.id - Presiden Direktur PT. Unilever Indonesia Hemant Bakshi mengatakan, pada era di mana penetrasi perangkat digital terus meningkat, perubahan dalam strategi marketing bukanlah opsi dan adaptasi terhadap perubahan itu merupakan hal krusial agar perusahaan dapat bertahan.

"Ada pepatah yang mengatakan, bukan yang terkuat yang akan bertahan tapi orang-orang yang paling dapat beradapatasi," kata Bakshi Rabu (17/10/2018), dalam acara Mobile Marketing Association (MMA) Forum Indonesia di Kuningan, Jakarta.

"Jika anda tidak berubah, maka anda akan jadi [perusahaan yang] mubazir." katanya.

Ia mencontohkan, ketika pertama kali tiba di Indonesia 3,5 tahun yang lalu, Unilever hanya mengalokasikan 15 persen dari pengeluaran untuk iklan di platform digital. Namun, melihat tren digital yang cukup pesat di Indonesia, Unilever memutuskan untuk meningkatkan alokasi tersebut.

"Sekarang kita menghabiskan sepertiga dari dana perusahaan untuk digital," jelas Bakshi.

Meski demikian, dalam kasus Indonesia, ia menekankan pentingnya untuk masih tetap berdiri di dua area, digital dan konvensional, sebab televisi di Indonesia masih memegang sejumlah besar audiens.

"Televisi masih relevan," kata Bakshi. "Kita masih harus melakukan keduanya. Namun setelah anda mencapai jangkauan 40 persen [audiens], anda harus menambah mediumnya."

Selain itu, Bakshi juga menekankan pentingnya penggunaan dan pemahaman data dalam marketing. Ini dibutuhkan agar perusahaan mampu lebih presisi dalam menargetkan konsumen mereka.

Unilever saat ini, lanjut Bakshi, telah memiliki real-time marketing center yang berfungsi untuk mengolah data sehingga dapat lebih baik menargetkan brand mereka kepada audiens secara lebih spesifik.

Strategi marketing juga perlu untuk berubah. Menurut Bakshi, saat ini perusahaan harus lebih dapat bersikap seperti penerbit konten daripada melakukan episodic marketing.

Pada brand parfum Axe, misalnya, Unilever telah bergerak dari iklan mainstream menuju iklan yang lebih bersifat storytelling.

"Dalam beberapa hal kita harus mengubah cara kita berinteraksi dengan konsumen," jelas Bakshi. "Semua harus beradaptasi sebab konsumen telah berubah."

Sementara itu, Presiden Direktur PT. Nestle Indonesia Dharnesh Gordhon menekankan pentingnya untuk berpikir kasus per kasus terkait dengan optimalisasi penggunaan perangkat mobile sebagai tempat bagi perusahaan untuk menempatkan iklannya.

"Tidak ada langkah umum dalam hal ini," jelas Gordhon dalam kesempatan yang sama.

Menurut Statista, penetrasi ponsel pintar di Indonesia terus meningkat dalam tiga tahun terakhir dan diprediksi akan terus naik mencapai 32 persen dari populasi Indonesia pada 2022.

Baca juga artikel terkait UNILEVER atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Bisnis
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Yandri Daniel Damaledo