tirto.id - Prabowo Subianto mengatakan butuh perjuangan keras dalam menjaga perdamaian. Calon presiden nomor urut 2 tersebut menyampaikan Indonesia memerlukan pemimpin yang mengerti dan menyadari hal tersebut.
Prabowo mengaku pernah membaca sebuah penelitian bahwa masa-masa kritis negara diuji saat memasuki usia 70 tahun. Tantangan tersebut akan lebih kompleks jika dialami negara majemuk dengan beragam suku, ras, dan agama.
"Indonesia punya satu sifat yang sama seperti Amerika yaitu negara majemuk," tutur Prabowo di hadapan relawan Erick Thohir alumni AS (ETAS) di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (22/1/2024).
Oleh karena itu, Prabowo menilai, diperlukan kerja sama dan harmonisasi yang baik oleh semua pihak.
"This is our destiny to born in here, we have to live and work together. Kita kerja sama lebih baik dalam suasana yang enak dan harmonis," ujar Prabowo.
Prabowo melanjutkan, kerja sama dan harmonisasi yang baik adalah kunci penting. Menurut Prabowo, negara tidak akan bisa makmur jika tidak mengedepankan kesejukan dan perdamaian.
"Pertikaian hanya menimbulkan penderitaan," jelas Prabowo.
"There can be no prosperity without peace. Saya mantan prajurit, bidang saya adalah perang. Dalam pemahaman saya, perang itu maha dahsyat menimbulkan penderitaan," lanjut Prabowo.
Oleh karena itu, Prabowo menuturkan, diperlukan pemimpin yang dapat memberikan pengaruh kesejukan dan perdamaian kepada rakyatnya. Prabowo menilai, pemimpin di Indonesia seperti pendulum yang memberi pengaruh bagi sekitar.
"Pemimpin di Indonesia itu ibarat pendulum, kalau di atas goyang, di bawahnya (rakyat) goyang kencang. Makanya, pemimpin harus sadar itu," tukas Prabowo.
Editor: Maya Saputri