tirto.id - Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto akhirnya buka suara perihal citra 'gemoy' dan goyangan khasnya dalam setiap kesempatan. Prabowo mengaku sebenarnya tak memahami apa itu 'gemoy'.
"Saya sendiri enggak ngerti apa itu 'gemoy-gemoy' itu," kata Prabowo saat menjadi pembicara dalam acara Dialog Publik Muhamadiyah di Universitas Muhamadiyah Surabaya, Jawa Timur, Jumat (24/11/2023).
Ketua Umum Partai Gerindra itu juga menceritakan alasan dirinya kerap berjoget. Menurut Prabowo, joget sudah masuk ke dalam alam bawah sadarnya.
"Masalah joget itu saya sudah cerita, dan mungkin masuk ke bawah sadar saja, ya," ucap Prabowo.
Prabowo mengatakan dahulu setiap dirinya berkunjung ke kediaman kakeknya selalu disambut dengan joget. Hal itu pun telah menjadi kebiasaannya hingga saat ini.
"Zaman dulu, kan, enggak ada televisi, enggak ada TikTok yang ada hanya wayang, jadi budaya kita hanya wayang, tiap kali saya ke rumah kakek saya, saya disambut seperti itu [joget]. Jadi, mungkin di bawah sadar saya, saya juga begitu [niru joget]," tutur Prabowo Subianto.
Mengutip tulisan Tirto berjudul ,'Citra 'Gemoy' Prabowo, Bongbong Marcos & Politik Amnesia' bahwa celetukan Prabowo Gemoy sejatinya kerap terlontar dari pendukungnya di berbagai kesempatan seperti deklarasi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kepada Capres Prabowo Subianto pada 24 Oktober 2023, atau pada acara peresmian relawan Prabowo-Gibran.
Teranyar, tulisan ‘GEMOY’ ditunjukkan Gibran Rakabuming Raka, cawapres Prabowo, usai pengundian nomor urut capres-cawapres di kantor KPU, Selasa (14/11/2023) malam.
Belakangan, Prabowo memang terlihat santai di depan kamera dan wartawan. Citra ini jelas kontras dengan pembawaannya pada 2 pilpres sebelumnya pada 2014 dan 2019 yang terkesan kaku, militeristik, mudah tersinggung dan berapi-api.
Jika menengok pada era Pilpres 2014, Prabowo masih menampilkan diri sebagai sosok yang memiliki karakteristik citra militeristik yang tegas. Hal ini terlihat dari beberapa pernyataan dan unggahan media sosial dari purnawirawan militer tersebut.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Anggun P Situmorang